Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, laju indeks LQ45 sejak awal tahun tercatat naik 3,84%. Lebih jauh, sebanyak 22 saham mengalami kenaikan harga, lalu sebanyak 21 saham masih mengalami penurunan harga, dan 1 saham bergerak stagnan.
Menilik data Bloomberg, jika diurutkan dari sub sektornya pertumbuhan harga saham dipimpin sub sektor minyak, gas, dan batubara seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Lalu, sub sektor telekomunikasi yang berisikan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Selanjutya berasal dari sektor barang baku yang berisikan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS). Kemudian, sub sektor bank dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sementara untuk saham yang mengalami penurunan harga, terbanyak berasal dari sub sektor barang baku. Terdapat 7 emiten dari sub sektor tersebut yang mencatatkan penurunan harga, antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).
Sementara, penurunan terdalam dicatatkan sub sektor konstruksi bangunan, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Masing-masing turun 32,99% dan 32,97% sejak awal tahun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebutkan kenaikan pada harga saham komoditas disebabkan transformasi energi dari fosil menjadi energi terbarukan yang belum bisa diadaptasi seluruhnya dalam waktu singkat.
Sehingga menurutnya, ada ekspektasi masih akan menggunakan energi fosil. "Itu yang mengakibatkan permintaan akan energi fosil mengalami kenaikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (24/10).
Ia juga memproyeksikan hingga tutup tahun harga komoditas masih akan mengalami kenaikan, didukung permintaan yang kuat. Karenanya, ia menilai kinerja emiten-emiten batubara masih akan mengalami kenaikan.
Untuk penurunan pada sub sektor bahan baku, Nico mencontohkan dari perusahaan semen, menurutnya untuk konsumsi semen nasional masih akan mengalami pertumbuhan. Bahkan, pada Agustus lalu penjualan semen tumbuh 5,70% atau 40,5 juta ton.
"Ini menujukan momentum pertumbuhan di sektor ini masih ada meskipun masih ada PPKM. Hanya saja, penurunan yang terjadi itu akibat rotasi sektor lantaran ada sektor lain yang lebih memberikan keuntungan," sebutnya.
Walau begitu, ia meyakini saham-saham tersebut tidak akan ditinggalkan melainkan dikurangi eksposurnya. Pihaknya juga melihat untuk jangka panjang, sub sektor bahan baku masih akan terus bertumbuh seiring adanya pemulihan ekonomi di kuartal IV dan awal 2022.
Di sisi lain, Nico menyarankan untuk mencermati saham MDKA dan ANTM lantaran di tengah kondisi ketidakpastian saat ini emas memang banyak diburu.
Namun, seiring dengan pemulihan ekonomi ia menilai orang akan melepas aset amannya untuk masuk ke aset yang lebih berisikko dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Secara umum, Nico bilang untuk saham-saham indeks LQ45 yang masih turun beberapa di antaranya masih menarik. Dia mencontohkan, pertama ACES. Menurutnya, dengan transformasi ACES pada bidang digital menjadi salah satu kelebihan dari ACES sehingga masih bisa bangkit.
Lalu, JSMR dengan pemulihan ekonomi yang juga akan turut membuka mobilitas masyarkat juga akan mendorong penggunaan jalan tol. Selain itu, menjelang liburan akhir tahun dan juga progres vaksinasi yang terus digenjot pemerintah dinilainya akan menjadi sentimen positif untuk JSMR.
Selanjutnya, ICBP yang walaupun saat ini dinilainya masih dalam masa konsolidasi karena akan menerbitkan global bond untuk menutupi biaya akuisisi Pinehill.
Ia bilang, untuk jangka pendek memang masih akan mengalami tekanan akibat leverage yang mengalami kenaikan. "Namun, untuk jangka menengah dan panjang prospek bisnis ICBP masih bagus," tuturnya.
Kemudian, ia menilai emiten LQ45 yang masih menarik dari PGAS. Menurutnya saham tersebut dalam jangka waktu pendek dan menengah kinerjanya akan mencoba lebih stabil setelah sebelumnya berada di rentang harga Rp 1.000 - Rp 1.250 yang cukup lama.
Secara keseluruhan, Pilarmas Investindo menjagokan BBCA dengan target harap Rp 7.750, BMRI Rp 8.000, BBRI Rp 4.650, EXCL Rp 3.550, JSMR Rp 5.100, TLKM Rp 4.450, PTBA Rp 3.250, ASII Rp 6.800, dan TBIG Rp 3.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News