kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik reksadana HPAM Syariah Ekuitas


Senin, 16 Januari 2017 / 18:24 WIB
Menilik reksadana HPAM Syariah Ekuitas


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Manajer investasi kerap mengalokasikan dana pada sektor saham yang akan kecipratan untung dari program pembangunan infrastruktur pemerintah.

Begitu pula strategi PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM) dalam meracik reksadana saham syariah HPAM Syariah Ekuitas.

Reza Fahmi Riawan, Senior Vice President - Head of Business Development Division HPAM berujar, pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun lalu memang fokus pada program pembangunan infrastruktur.

Mulai dari jalan, tol, bandara, hingga pelabuhan. Ini akan berdampak positif bagi beberapa sektor saham, semisal infrastruktur, properti, dan konstruksi.

Makanya per Desember 2016, lima aset terbesar HPAM Syariah Ekuitas berupa LSIP, WSKT, PTBA, WSBP, dan ARNA.

Strategi ini terbilang jitu. Sepanjang tahun 2016, produk tersebut membukukan return 23,43%, melampaui penguatan Indeks Saham Syariah Indonesia yang mencapai 18,62% periode sama.

Oleh karena itu, Reza optimistis, di tahun 2017, HPAM Syariah Ekuitas dapat kembali mencetak return kinclong. Sebab, pemerintah masih agresif dalam menggenjot pembangunan infrastruktur.

Pemerintah berencana menyisihkan dana Rp 387,3 triliun untuk belanja infrastruktur tahun 2017, melonjak 22,14% dari tahun 2016 yang tercatat Rp 317,1 triliun. "Efek positif dari pembangunan infrastruktur juga akan terasa hingga beberapa kurun tahun mendatang," jelasnya.

Dalam racikannya, sektor saham infrastruktur paling mendominasi hingga 19,7%. Sisanya properti 15,5%, aneka industri 14,7%, industri dasar 13,9%, agribisnis 11,8%, pertambangan 11,6%, dan sisanya konsumer. Reza menambahkan, sektor saham komoditas memang diuntungkan tahun lalu akibat tren kenaikan harga minyak dunia.

Menurut Reza, perusahaan masih akan mempertahankan strategi yang dijalankan. Sebab, pelaku pasar masih mencermati susunan kabinet dan realisasi kebijakan Presiden ke - 45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Merujuk fund fact sheet per Desember 2016, mayoritas dana masih diparkir pada efek saham yakni 89%. Sisanya berupa kas 11%. Perusahaan memang leluasa mengendapkan dana 80% - 100% pada efek saham dan 0% - 20% pada instrumen pasar uang. "Kami masih menantikan faktor dari eksternal. Kami akan menyesuaikan portofolio apabila situasi berubah," ujarnya.

Per 13 Januari 2017, HPAM Syariah Ekuitas telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.075,79. Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 2% dan biaya penjualan maksimum 5%. Reksadana ini mengantongi dana kelolaan Rp 26,2 miliar per Desember 2016. Produk yang meluncur sejak 28 Agustus 2014 tersebut menggunakan bank kustodian Bank Rakyat Indonesia.

Head of Research and Consulting Services PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya menjelaskan, ada dua sektor saham utama yang biasanya mendominasi reksadana syariah. Pertama, sektor komoditas seperti pertambangan dan perkebunan.

Kedua, sektor infrastruktur semisal konstruksi. "Paling prima kinerjanya infrastruktur dan komoditas tahun lalu karena kenaikan harga minyak. Saham-saham batubara dan minyak sawit mentah juga naik signifikan," tuturnya.

Pada tahun 2016, sektor saham pertambangan tumbuh 70,73%. Sementara sektor industri dasar dan aneka industri masing-masing melonjak 31,96% dan 29,64%.

Edbert memproyeksikan, pada tahun 2017, sektor saham infrastruktur masih akan melanjutkan pertumbuhan lantaran didukung program pembangunan infrastruktur.

Sektor komoditas juga berpotensi menguat sembari memantau pertumbuhan ekonomi global. Prediksi Edbert, rata-rata return reksadana saham syariah tahun 2017 akan berkisar 15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×