kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.280   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.222   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.056   -0,04   0,00%
  • LQ45 810   -2,33   -0,29%
  • ISSI 233   0,72   0,31%
  • IDX30 421   -1,68   -0,40%
  • IDXHIDIV20 493   -2,94   -0,59%
  • IDX80 118   0,25   0,21%
  • IDXV30 121   1,25   1,05%
  • IDXQ30 135   -1,34   -0,98%

Menilik Prospek Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Usai XL Axiata-Smartfren Merger


Selasa, 10 Juni 2025 / 18:59 WIB
Menilik Prospek Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Usai XL Axiata-Smartfren Merger
ILUSTRASI. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tidak menetapkan target kinerja untuk tahun buku 2025. Ini mengingat ada merger antara XL Axiata dengan Smartfren.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyedia infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tidak menetapkan target kinerja untuk tahun buku 2025. Ini mengingat ada merger antara XL Axiata dengan Smartfren. 

Direktur Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengakui adanya merger dalam jangka pendek akan membuat para operator telekomunikasi melakukan penyesuaian jaringan. 

Berdasarkan pengalamannya, lanjut Helmy, entitas hasil merger membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk melakukan efisiensi jaringan, setelahnya operator akan menambah pesanan menara lagi. 

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Siapkan Capex Rp 4 Triliun pada 2025

“Begitu entitas merger sudah sehat, mereka akan mengejar penambahan jumlah pelanggan dan pendapatan, itu hanya bisa dilakukan dengan menambah jaringan” jelasnya dalam paparan publik, Selasa (10/6).  

Berkaca dari pemulihan kinerja PT Indosat Tbk (ISAT) usai merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia, Helmy optimistis kinerja pemulihan dan kinerja positif juga akan ditorehkan oleh PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), entitas hasil merger XL Axiata dengan Smartfren. 

Selain bergantung pada bisnis menara telekomunikasi, TBIG juga sudah mulai merambah infrastruktur fiber optic. Dalam tiga tahun terakhir, kontribusi lini bisnis anyar ini terus berkembang. 

“Kontribusi pendapatan dari fiber optic pada 2023 hanya 5% dan 2024 sudah naik jadi 8%. Di 2025,  kami harapkan bisa naik double digit, jadi proporsi pendapatan fiber optic bisa meningkat,” katanya. 

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga memproyeksikan prospek jangka pendek bisnis menara masih dibayangi ketidakpastian dari sisi permintaan. 

Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) Catat Laba Rp 413,39 Miliar pada Kuartal I-2025

“Salah satu risiko utama adalah proses konsolidasi yang sedang berlangsung antara XL Axiata dan Smartfren, yang secara bersama-sama menyumbang sekitar 31,92% dari total pendapatan TBIG,” tulisnya dalam riset yang rilis 3 Juni 2025. 

Lebih lanjut, Phintraco Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold TBIG. Hingga akhir perdagangan Selasa (10/6), TBIG parkir di level Rp 2.290 per saham atau melemah 0,87% dibanding penutupan hari sebelumnya. 

Selanjutnya: Perkuat Pasar ASEAN, NSSOL Akuisisi WCS Abyakta Nawasena

Menarik Dibaca: Incar Dividen dari Big Caps? Kesempatan Beli PGEO, MEDC dan UNVR sampai 13 Juni 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×