kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik prospek penyerapan saham IPO tahun ini


Rabu, 25 Mei 2016 / 21:10 WIB
Menilik prospek penyerapan saham IPO tahun ini


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Dua calon emiten tengah mempersiapkan diri untuk melantai di bursa saham pada Juni 2016. Namun serapan investor di pasar saham tampaknya masih belum cukup menggembirakan.

Tengok saja, salah satu calon emiten yakni PT Cikarang Listrindo memilih menurunkan batas atas target harga saham penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO).

Cikarang Listrindo menurunkan batas atas target harga IPO sehingga menjadi Rp 1.430 -Rp 1.565 per saham. Sebelumnya, rentang harga yang ditawarkan adalah Rp 1.430 -Rp 1.970 per saham.

Lantas target perolehan dananya pun berubah menjadi Rp 2,28 triliun- Rp 2,59 triliun dari semula ditargetkan Rp 2,28 triliun- Rp 3,15 triliun.

"(Batas atas diturunkan) karena demand justru lebih banyak pada rentang harga (1.430-1.565) itu," ujar seorang sumber yang mengetahui tentang rencana aksi korporasi ini kepada KONTAN, Rabu (25/5).

Sebetulnya tidak kali ini saja perseroan mengubah target perolehan dana dari aksi IPO tersebut. Cikarang Listrindo awalnya berniat melepas saham sebesar 2,55 miliar saham atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Namun kemudian direvisi menjadi hanya maksimal 1,6 miliar saham atau 10%.

Saham IPO Cikarang Listrindo sudah memperoleh penawaran mencapai Rp 6,3 triliun. Sehingga jika memakai asumsi harga batas atas yang baru maka IPO sejauh ini sudah mengalami oversubscribed sekitar 2,43 kali. Sekitar 80%-90% permintaan datang dari investor asing.

Namun sumber tersebut masih merahasiakan perbandingan enterprise value dengan EBITDA (EV/EBITDA) untuk mengukur seberapa murahnya harga saham perdana ini. "Soal valuasi, kami enggak bisa disclose karena terikat disclosure guidelines," imbuhnya.

Sedikit gambaran, pada rentang harga Rp 1.430-1.970, EV/EBITDA Cikarang Listrindo berkisar 7,7 kali-9 kali pada 2017. penawaran awal IPO Cikarang Listrindo ini akan dilakukan pada 16-26 Mei 2016 dan diperkirakan akan efektif pada 6 Juni. Masa penawaran umum diperkirakan akan dilakukan pada 7-8 Juni dan pencatatan di bursa saham akan digelar pada 14 Juni mendatang.

Sementara calon emiten baru yang juga akan segera listing di bursa adalah PT Sillo Maritime Perdana. Perusahaan jasa pelayaran ini akan melepaskan saham ke publik sebanyak-banyak 600 juta lembar atau 23,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Perseroan menargetkan harga IPO di rentang Rp 114 - Rp 140 sehingga berpotensi mengantongi dana Rp 70,2 miliar -Rp 84 miliar.

Sebesar 90% dana IPO Sillo tersebut akan digunkan untuk mengakuisisi 50, 84% saham PT Suasa Benua Sukses (SBS) yakni perusahaan pelayaran pendukung hulu migas yang fokus pada proyek gas bumi lepas pantai.

"Akuisisi tersebut diharapkan akan melengkapi dan menopang bisnis Sillo karena prospek bisnis gas ke depan akan semakin bagus," kata Sumanto Hartanto, Direktur Operasional Sillo Maritime.

Sementara, Sillo Maritime sendiri lebih fokus menggarap bisnis minyak. Saat ini perseroan telah memiliki delapan kapal dan mengerjakan 11 kontrak jangka panjang. Adapun SBS saat ini telah memiliki tiga kapal yang melayani tiga kontrak.

Adapun 10% sisanya akan digunakan untuk modal kerja. Masa book building saham IPO ini akan dilakukan pada 25-30 Mei dan diperkirakan akan efektif pada 6 Juni. Masa penawaran umum akan dilakukan pada 8-10 Juni dan pencatatan di Bursa efek Indonesia (BEI) pada 16 Juni mendatang.

Adapun yang bertindak sebagai penjamin emisi dalam aksi korporasi Sillo Maritime ini adalah PT lautandhana Securindo dan PT UOB Kay Hian Securities.

 Direktur Utama Lautandhana, Wientoro Prasetyao mengatakan, saham IPO tersebut hanya akan ditawarkan kepada investor lokal saja karena target dananya tidak terlalu besar. Namun, saham tersebut akan lebih banyak ditawarkan ke investor institusi. "Kalau ritel tidak lebih dari 10%," ujarnya.

Kim Kwie Sjamsudin, Kepala riset Yuanta Securities Indonesia mengatakan, secara umum investor saham di Indonesia saat ini masih cenderung wait and see lantaran nilai tukar rupiah masih melemah. "Itu yang membuat serapan investor di pasar saham masih rendah," katanya pada KONTAN, Rabu (25/5).

Menurut Kim, investor masih akan menunggu sentimen positif yang bisa menggerakkan pasar. Lagi pula, lanjutnya, track record perusahaan yang akan IPO juga belum terbuka secara luas sehingga investor masih akan cenderung berhati-hati dalam berinvestasi di perusahaan tersebut.

Kim bilang, sentimen yang paling dinantikan investor saat ini adalah terkait kenaikan outlook investasi Indonesia yang akan diberikan lembaga rating PT Standard & Poor (S&P). Ini dinantikan karena akan sangat mempengaruhi prospek investasi di Indonesia ke depan.

Jika S&P jadi menaikkan peringkat investasi Indonesia maka pasa saham menurut Kim akan relli secara signifikan. Kepercayaan investor untuk masuk ke pasar modal akan semakin besar baik investor lokal maupun asing.

Namun sebaliknya, jika rating tidak dinaikkan masih investor akan kembali wait and see sambil menunggu sentimen selanjutnya yakni data pertumbuhan ekonomi dan laporan keuangan korporasi.

Sebelum S&P memberikan rating untuk Indonesia maka prospek IPO menurut Kim belum akan cukup bagus. Namun jika sudah, prospeknya akan semakin bagus di semester II mendatang dan hingga akhir tahun dirinya optimis IHSG bisa mencapai 5.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×