kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Prospek Pasar Saham Indonesia di Tengah Inflasi AS dan Suku Bunga The Fed


Minggu, 13 Maret 2022 / 16:37 WIB
Menilik Prospek Pasar Saham Indonesia di Tengah Inflasi AS dan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Menilik Prospek Pasar Saham Indonesia di Tengah Inflasi AS dan Suku Bunga The Fed


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Amerika Serikat (AS) mencatatkan lonjakan inflasi pada bulan Februari 2022 sebesar 7,9%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang naik 7,5%. Tingkat inflasi di Negeri Paman Sam tersebut memecah rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Dengan inflasi yang meroket, bank sentral AS alias The Fed pun memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan. Sedangkan mengenai suku bunga di dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan berlangsung pada 16-17 Maret 2022.

Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menerangkan bahwa inflasi AS bulan Februari 2022 yang mencetak rekor tertinggi sejak Januari 1982 menambah keyakinan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada Federal Open Market Committee (FOMC) 15-16 Maret nanti. 

Raditya turut memprediksi, The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini. Sepanjang tahun ini, lanjut Raditya, The Fed diproyeksikan akan meningkatkan suku bunga sebesar 150 basis poin. Bahkan bisa jadi lebih, jika melihat efek super cycle komoditas yang menyebabkan lonjakan inflasi.

Baca Juga: IHSG Besok Diramal Lanjutkan Koreksi, Simak Rekomendasi Saham PTPP, MNCN, dan CTRA

Sementara itu, RDG BI pada 16-17 Maret nanti diperkirakan masih belum menaikkan suku bunga acuan atau tetap di 3,5%. Raditya memproyeksikan BI akan mulai meningkatkan suku bunga acuan pada semester kedua tahun ini.

Kenaikan suku bunga acuan bisa saja dilakukan lebih cepat oleh BI, dengan catatan The Fed meningkatkan suku bunga secara agresif. Menurut analisa Raditya, suku bunga acuan (BI7DDR) akan dinaikkan ke kisaran 4% - 4,25% pada tahun ini.

Mempertimbangkan berbagai proyeksi tersebut, Raditya menekankan agar pelaku pasar mencermati sejumlah katalis penting yang akan berdampak ke bursa saham. Meliputi konflik Rusia-Ukraina, super cycle komoditas, inflasi AS, serta rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed yang nantinya akan diikuti oleh BI.

"Kami menyarankan kepada pelaku pasar untuk selalu memperhatikan risk dan money management-nya. Terutama pada kondisi seperti saat ini, dimana ketidakpastiannya jauh lebih besar," kata Raditya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (13/3).

Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Liza Camelia Suryanata juga melihat inflasi AS yang mencapai 7,9% semakin menegaskan kenaikan suku bunga The Fed tak terelakkan. Kendati begitu, Liza memberikan catatan bahwa kondisi pasar dan ekonomi Indonesia berbeda dengan AS.

Baca Juga: Bergerak di Atas Trendline Bullish, Simak Proyeksi IHSG pada Perdagangan Senin (14/3)

Pertama, tingkat inflasi Indonesia relatif masih rendah dengan berada di level 2%. Indonesia pun masih punya ruang untuk kucuran stimulus, dibandingkan dengan stimulus jumbo yang telah digelontorkan AS sehingga memanaskan tingkat inflasi mereka.  

Kedua, meroketnya harga-harga komoditas dunia terutama minyak mentah akan sangat berpengaruh bagi inflasi AS yang harga bahan bakarnya akan mengikuti harga pasar. Berbeda dengan Indonesia yang masih memiliki sistem subsidi.

Ketiga, stabilitas nilai tukar rupiah juga masih bisa terjaga dengan pengetatan likuiditas di pasar secara bertahap serta mengurangi ketergantungan pada dollar AS.




TERBARU

[X]
×