kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menilik prospek pasar saham dan obligasi hingga akhir tahun 2021


Sabtu, 13 Maret 2021 / 16:01 WIB
Menilik prospek pasar saham dan obligasi hingga akhir tahun 2021
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan papan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek atau outlook pasar modal pada tahun ini dipercaya masih akan memberi upside bagi para investor. Momen terjadinya koreksi di pasar bisa dimanfaatkan untuk investor masuk, baik ke pasar saham maupun obligasi.

Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Ali Yahdin Saugi mengatakan, pada sisa tahun ini prospek pasar modal masih akan positif. Dengan pertumbuhan ekonomi yang dipercaya bisa kembali ke level 4,5% - 5%, baik pasar saham maupun pasar obligasi dinilai masih memiliki upside.

“Walau memang upside sudah tidak akan sebesar tahun lalu mengingat pada akhir 2020 sudah terjadi apresiasi kinerja yang tinggi. MMI masih optimistis kinerja pasar saham dan obligasi pada sisa tahun ini bisa memberikan return yang menarik,” kata Ali belum lama ini.

Ali melihat, untuk pasar saham, sentimen positif utama masih akan datang dari proses pemulihan aktivitas ekonomi. Tak hanya itu, implementasi omnibus law turut berpotensi menggenjot aktivitas ekonomi dan investasi di Indonesia yang pada akhirnya akan menjadi katalis positif untuk pasar saham.

Baca Juga: Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN pada Selasa (16/3), berikut daftarnya

Ditambah lagi, Ali meyakini, pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) akan memberikan leverage bagi sektor-sektor tertentu yang diuntungkan oleh pembukaan ekonomi. Menurutnya, sektor ritel dan properti merupakan salah satu yang diuntungkan dengan membaiknya daya beli masyarakat. Apalagi, vaksinasi juga akan mempercepat pulihnya daya beli masyarakat.

Ali juga bilang, sektor finansial, khususnya perbankan akan jadi salah satu sektor yang punya prospek menarik pada sisa tahun ini. Dengan berbagai faktor tadi, MMI menghitung IHSG bisa bergerak ke level 6.600 - 6.800 pada akhir tahun nanti.

Senada, Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula mengatakan, prospek pasar modal Indonesia pada tahun ini masih akan menarik.

Untuk pasar saham, Ezra bilang, setidaknya terdapat tiga sektor yang menarik. Pertama, sektor komoditas dan energi akan diuntungkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang memicu permintaan mengalami kenaikan signifikan dan akhirnya mengangkat harga komoditas.

“Sektor telekomunikasi juga menarik seiring konsumsi data yang masih akan terus meningkat dan beri keuntungan ke sektor ini. Lalu, sektor finansial tetap masih menarik mengingat kualitas aset perbankan masih bagus, likuiditas melimpah, hingga pemulihan aktivitas ekonomi,” jelas Ezra.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Toufan Yamin menilai, kenaikan harga komoditas akan memberi dampak positif pada Indonesia mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang ekspornya berfokus pada komoditas.

“Apalagi, ketika hal tersebut dikombinasikan dengan nilai tukar rupiah yang stabil, tentu kinerja neraca perdagangan kita juga akan terus membaik. Di satu sisi, ini turut mendorong pendapatan perusahaan akan semakin tumbuh dan bisa berdampak positif pada pasar saham tentunya,” jelasnya.

Baca Juga: Harga emas masih menurun, analis sarankan investor berhati-hati

Toufan meyakini, sektor emiten yang berbasis komoditas jadi salah satu yang berpotensi punya kinerja apik pada tahun ini karena akan punya margin yang lebih baik dengan naiknya harga komoditas. Sektor otomotif dan manufaktur juga cukup menarik seiring adanya relaksasi dan insentif belakangan ini.

Ia juga bilang, sektor konsumer juga menarik untuk dicermati karena potensi pulihnya daya beli masyarakat. Namun, hal ini juga tergantung pada momen lebaran nanti apakah sudah kembali normal atau belum, mengingat momen tersebut punya peran signifikan pada kinerja sektor konsumer.

Toufan optimistis, pada akhir tahun nanti IHSG bisa bergerak ke arah 6.700 - 7.000.

Prospek positif tak hanya menyelimuti pasar saham, namun juga dengan pasar obligasi. Walaupun, Ali melihat secara jangka pendek, obligasi tengah diselimuti volatilitas karena adanya kenaikan yield US Treasury, Ali meyakini, secara jangka panjang, obligasi masih punya prospek yang menarik.

Baca Juga: Investor bisa memanfaatkan koreksi untuk masuk ke pasar saham maupun obligasi

“Justru momen koreksi ini bisa jadi pintu bagi investor untuk masuk ke obligasi. Ke depan, dengan likuiditas yang melimpah, dan yield Indonesia merupakan salah satu yang atraktif di emerging market dan punya data ekonomi yang terus membaik serta nilai tukar yang stabil, maka potensi capital inflow masih akan terbuka,” imbuh Ali.

MMI memproyeksikan, yield SBN acuan 10 tahun masih akan berpotensi bergerak menuju ke kisaran 5,75% - 6,25% pada akhir 2021.

Sementara untuk pasar obligasi, Ezra menuturkan, dengan tren suku bunga yang masih akan tetap rendah dan melimpahnya likuiditas akan jadi katalis positif. Ia berharap, tren positif tahun lalu akan berlanjut pada tahun ini dan yield SBN acuan 10 tahun dapat kembali bergerak ke bawah 6% pada akhir tahun ini.

“Terlepas dari aset investasi mana yang potensial, investor tetap sebaiknya melakukan diversifikasi guna mengoptimalkan return sembari menjaga risiko. Serta, menyesuaikan dengan profil risiko, tujuan investasi dan time horizon,” tuturnya.

Perencana Keuangan Eko Endarto mengatakan, di saat likuiditas berlimpah dan diiringi dengan tren suku bunga rendah, investor secara jangka pendek bisa melirik kelas aset obligasi. Ia melihat, masih ada potensi harga obligasi untuk kembali naik setelah tertekan dalam beberapa waktu terahir.

“Untuk jangka panjang, saham pastinya cukup menarik. Dengan likuiditas yang berlebih, maka perusahaan akan punya banyak kesempatan untuk mendapatkan dana murah untuk rencana ekspansi maupun investasi mereka.Hal ini pada akhirnya akan membuat kenaikan keuntungan bagi perusahaan dan muaranya adalah kenaikan harga saham,” imbuh Eko.

Selanjutnya: Investor institusi bisa menggairahkan pasar uang Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×