Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 31 Oktober 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan sepuluh emiten dengan jumlah investor terbanyak. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berada di posisi teratas dengan 586.130 investor dan 150.043.411.587 saham yang beredar.
Diikuti oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan 346.045 investor dan 1.140.573.267.220 saham yang beredar, serta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki 338.194 investor dan 122.042.299.500 saham.
Adapun emiten lainnya dalam daftar tersebut termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan 233.550 investor, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang tercatat dengan 227.734 investor, dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang memiliki 221.329 investor.
Baca Juga: Cek Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing pada Perdagangan Awal Pekan ini
Sementara itu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) tercatat dengan 182.070 investor, disusul oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan 167.910 investor. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) melengkapi daftar dengan masing-masing 165.354 dan 158.534 investor.
Namun, meskipun beberapa emiten ini telah lama menjadi favorit investor, kinerja saham beberapa di antaranya justru menurun. Saham GOTO misalnya, tercatat turun 22,11% dalam setahun terakhir, sementara saham ASII juga mengalami penurunan sebesar 19,84% sejak lima tahun lalu.
Selain itu, beberapa emiten yang sebelumnya populer, seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), kini tidak lagi menjadi perhatian utama investor.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Sektor Transportasi dan Logistik
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan, salah satu penilaian para investor dalam memilih emiten favorit adalah kinerja fundamental dan prospek bisnis perusahaan di masa mendatang.
“Investor membeli saham yang berkinerja baik dan punya propek masa depan yang baik, karena itu saham UNVR, GOTO, dan BUMI melempem,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/11).
Selain faktor internal, seperti kinerja yang kurang memuaskan, Hans juga mengaitkan penurunan ini dengan faktor eksternal, seperti kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, ketegangan konflik Rusia-Ukraina, dan kebijakan moneter The Fed yang memengaruhi pasar saham global.
Meski demikian, Hans menyarankan agar investor fokus pada empat emiten perbankan teratas, yaitu BBRI, BMRI, BBNI, dan BBCA, hingga awal tahun 2025. Ia juga mencatat bahwa sektor energi terbarukan bisa menjadi pilihan investasi menarik dalam jangka panjang.
Baca Juga: Cek Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing pada Perdagangan Awal Pekan ini
Hendra Wardana, pendiri Stocknow.id, menyatakan bahwa emiten favorit, yang sering disebut "emiten sejuta umat," biasanya dipilih karena memiliki fundamental yang kuat, likuiditas tinggi, dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan.
Saham-saham seperti BBRI, GOTO, dan FREN, terutama di sektor keuangan digital dan teknologi, dipandang memiliki potensi pertumbuhan lebih besar dibandingkan sektor tradisional. Namun, Hendra mengingatkan bahwa saham-saham ini juga rentan terhadap aksi jual besar-besaran jika ekspektasi pasar tidak terpenuhi.
Menurutnya, rotasi preferensi investor yang mengarah ke emiten baru seperti GOTO dan BBRI dipengaruhi oleh perkembangan tren pasar dan kondisi ekonomi.
Sebagai contoh, saham BUMI yang dulu populer kini menghadapi tantangan besar akibat fluktuasi harga batubara, sementara ASII tertekan oleh penurunan daya beli masyarakat dan persaingan ketat di industri otomotif, khususnya kendaraan listrik.
UNVR pun menghadapi tekanan dari kenaikan biaya bahan baku dan kompetisi ketat di sektor barang konsumsi. Meski demikian, Hendra melihat potensi perbaikan di masa depan jika kinerja emiten-emiten tersebut dapat membaik.
Baca Juga: Saham Bank dan Saham Prajogo Pangestu Menyokong Lonjakan IHSG Hari Ini (25/11)
Sementara itu, Nafan Aji Gusta Utama, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mengingatkan bahwa rotasi saham merupakan bagian dari siklus bisnis. Kinerja saham yang tidak sesuai harapan sering kali mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang menurun.
Namun, meskipun beberapa emiten belum mencapai profitabilitas yang diinginkan, investor tetap mempertahankan saham mereka dengan harapan adanya aksi korporasi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa depan.
Nafan menambahkan bahwa kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan memengaruhi kinerja emiten di masa depan. Penerapan pelonggaran kebijakan moneter dapat meningkatkan likuiditas pasar dan memberikan peluang ekspansi bagi emiten, yang pada gilirannya dapat memperkuat fundamental mereka.
Baca Juga: IHSG Terbang, Net Sell Asing Masih Kencang pada Senin (25/11)
Melihat dinamika pasar yang terus berubah, para analis menyarankan agar investor memantau perkembangan kinerja emiten dan sentimen pasar secara cermat untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
Sebagai rekomendasi, Nafan memberikan saran untuk melakukan akumulasi pembelian (accumulative buy) pada emiten seperti UNVR, ASII, GOTO, dan BBRI dengan target harga masing-masing Rp 1.890, Rp 5.300, Rp 88, dan Rp 4.610 per saham.
Selanjutnya: US Third-Quarter Economic Growth Unrevised at 2.8%
Menarik Dibaca: Pemerintah Turunkan Harga TIket Pesawat Domestik 10% Selama Periode Nataru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News