Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Kamis (9/4), tercatat sudah ada 24 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2020.
Terakhir, ada PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY), PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF), dan PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) yang listing di BEI.
Pada perdagangan pertamanya, saham RONY melesat hingga 35% ke level Rp 135 per saham, dari posisi awal Rp 100 per saham. Laju saham CBMF juga melompat mencapai 35% ke level Rp 216 per saham, dari posisi awal Rp 160 per saham.
Alhasil, kedua saham anyar ini secara otomatis terkena Auto Reject Atas (ARA).
Baca Juga: Ada 24 perusahaan yang IPO sejak awal 2020, begini pergerakan sahamnya
Meski sejumlah saham baru ini mengalami kenaikan harga, ada juga sejumlah saham yang memberikan return negatif dari awal pencatatan perdana saham. Pertama ada saham PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS) yang turun hingga 50% dan masuk dalam kategori saham gocap.
Kedua, harga saham PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO) tergerus hingga 47,27% ke harga Rp 58, selanjutnya ada saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) yang terkoreksi hingga 29,52% ke harga Rp 74 per saham.
Setelah itu, menyusul PT Lancartama Sejati Tbk (TAMA) yang juga mencatatkan penurunan hingga 16,57% ke level 146 dari harga awal Rp 175.
Kemudian ada saham PT Pratama Widya Tbk (PTWP) dengan return negatif 6,15% dari harga awal Rp 650 menjadi 610 hingga Kamis (9/4).
Lalu, masih menarikkah berinvestasi di saham yang baru saja menggelar hajatan Initial Public Offering (IPO)?
Baca Juga: Sejak awal tahun ada 24 saham yang baru IPO, simak saran analis
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk masuk ke saham baru.
Misalnya saja, pelaku pasar perlu mencermati fundamental perusahaan serta melihat track record kinerja.
Kemudian, investor tak perlu buru-buru berburu saham yang baru IPO karena harus melihat lebih lanjut kinerja emiten setelah menjadi perusahaan terbuka. Makanya, bagi Wisnu saham-saham pendatang baru ini belum cocok untuk investasi jangka panjang.
Nah, terlebih sekarang ini kondisi pasar cenderung berada dalam tren penurunan akibat pandemi Covid-19. Sehingga, perusahaan-perusahaan baru yang berasal dari berbagai sektor ini menghadapi tantangan yang sama.
Hanya saja, kalau dilihat dari sektornya, Wisnu menjagokan saham-saham dari sektor consumer. “Mereka yang baru IPO dari sektor consumer lebih mampu bertahan, kalau kondisi sudah normal, sektor ini juga yang bakal cepat pulihnya,” katanya pada Kontan, Kamis (9/4).
Dari 24 saham anyar ini, ada beberapa saham yang masuk sektor barang konsumsi, salah satunya saham PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND). Emiten yang listing pada 22 Januari silam ini masih mampu mencatat kenaikan harga saham sebesar 2,41% dari harga awal Rp 913 menjadi Rp 935 pada penutupan perdagangan Kamis (9/4).
Baca Juga: Naik hingga 35%, saham Cahaya Bintang Medan (CBMF) kena auto reject pasca listing
Dalam catatan Kontan, per 2018 DMND membukukan pendapatan Rp 6,23 triliun. Pihak perusahaan mengaku menorehkan pendapatan sebesar 12% sepanjang tahun 2019. Kemudian untuk tahun ini DMND membidik peningkatan pendapatan sebesar 25% ketimbang realisasi pada tahun lalu.
Meski demikian, Wisnu menyarankan pelaku pasar untuk wait and see lebih dulu saham-saham anyar ini. Hal ini lantaran, investor perlu melihat perkembangan hasil kinerjanya. Kalaupun ada yang mau masuk, ia merekomendasikan hanya untuk jangka pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News