kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Menilik Kinerja Reksadana di Tahun 2024 dan Prospeknya di Tahun 2025


Kamis, 02 Januari 2025 / 19:13 WIB
Menilik Kinerja Reksadana di Tahun 2024 dan Prospeknya di Tahun 2025
ILUSTRASI. Kinerja reksadana masih mampu tumbuh positif meski di tengah gejolak sepanjang tahun 2024. Reksadana pasar uang menjadi unggulan pada 2024.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana masih mampu tumbuh positif meski di tengah gejolak sepanjang tahun 2024. Reksadana pasar uang berhasil menjadi unggulan pada tahun lalu.

Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana pasar uang mencatat imbal hasil atau return tertinggi di tahun 2024. Kumpulan produk reksadana pasar uang yang tercermin dari indeks menunjukkan reksadana pasar uang tumbuh 4,63% secara year to date (YTD) per 30 Desember 2024.

Posisi kedua diikuti indeks reksadana pendapatan tetap yang mencetak return naik 3,3% ytd. Sementara reksadana campuran mengalami penurunan 1,05% ytd dan reksadana saham terkoreksi paling dalam sebesar 8,87% ytd di sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Atur Ulang Strategi Investasi untuk Tahun 2025, Volatilitas Pasar Masih Menghantui

CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) Guntur Putra mengatakan, secara keseluruhan kinerja reksadana di tahun 2024 memang cukup bervariasi.

Ia menyoroti untuk reksadana saham sendiri cukup volatile karena underlying saham banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik di tahun 2024. 

"Ketidakpastian ekonomi global, terutama ketegangan geopolitik, inflasi yang masih tinggi dan kebijakan moneter yang ketat di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan terhadap pasar saham," jelas Guntur kepada Kontan, Kamis (2/1).

Di sisi domestik, meskipun ada stabilitas politik menjelang pemilu, investor cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi risiko tinggi di tengah volatilitas pasar yang meningkat. Sentimen pasar cenderung lebih negatif, dengan investor beralih ke instrumen yang lebih aman.

Untuk reksadana pendapatan tetap secara keseluruhan cukup baik, tetapi harga obligasi sangat tergantung oleh tingkat suku bunga dan juga ekspektasi investor atau pasar terkait suku bunga di masa mendatang. 

"Lebih konservatif dari underlying saham tetapi overall kinerja masih cukup berfluktuasi," papar Guntur kepada Kontan, Kamis (2/1).

Reksadana pasar uang di tahun 2024 termasuk menjadi pilihan favorit karena likuiditasnya yang tinggi dan tingkat suku bunga yang kompetitif. 

Meskipun potensi imbal hasilnya tidak sebesar saham atau obligasi, produk ini sangat menarik bagi investor yang menghindari risiko tinggi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi.

Baca Juga: Mengukur Minat Investasi Reksadana di Sepanjang Tahun 2024

Sentimen reksadana pasar uang masih positif, terutama karena keinginan investor untuk mempertahankan likuiditas.

Terkait proyeksi di tahun 2025, tentunya reksadana saham di 2025 akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi global dan domestik. 

Jika inflasi terkendali dan suku bunga mulai turun, pasar saham kemungkinan akan mengalami perbaikan, terutama dengan peluang pertumbuhan dari sektor-sektor yang tertekan pada tahun sebelumnya. 

Sentimen investor bisa berubah menjadi lebih positif, tetapi tetap akan dipengaruhi oleh ketidakpastian global. 

"Target kinerja bisa lebih baik, namun tetap penuh tantangan dalam kondisi yang normal jika perekonomian pulih dan kondisi global dan geopolitik lebih stabil diharapkan target reksadana berbasis saham bisa mencapai di atas 9% dan double digit," terang Guntur.

Untuk reksadana pendapatan tetap akan sangat tergantung tingkat suku bunga di tahun 2025. Apabila cenderung turun harga obligasi berbanding terbalik dan berpotensi mengalami kenaikan, produk ini masih akan menjadi favorit bagi investor konservatif yang mencari pendapatan tetap dengan risiko rendah. 

Sentimen pasar terhadap instrumen ini akan tetap kuat, apalagi jika inflasi global tetap terkendali.

Baca Juga: Simak Strategi Atur Ulang Portofolio Investasi di Tahun 2025

Kemudian, pasar uang tetap akan menjadi favorit, karena Investor akan terus mencari instrumen yang aman dengan likuiditas tinggi dan imbal hasil yang lebih baik daripada tabungan biasa. Sentimen di pasar uang masih sangat positif karena stabilitas dan kemudahan aksesnya di tahun 2025.

Sementara itu, kinerja reksadana saham di 2025 memiliki peluang untuk membaik, terutama jika kondisi makroekonomi global mulai stabil dan inflasi terkendali. Namun, pemulihan ini mungkin akan berlangsung perlahan dan lebih volatile, tergantung pada sentimen pasar yang masih terpengaruh oleh ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter.

Reksadana pendapatan tetap dan pasar uang kemungkinan masih menjadi pilihan favorit bagi investor yang menghindari risiko tinggi di tahun 2025. Ketidakpastian yang ada membuat banyak investor memilih instrumen yang lebih aman dan memberikan pendapatan tetap, terutama dengan suku bunga yang lebih tinggi

"Meskipun reksadana saham memiliki potensi perbaikan, pendapatan tetap dan pasar uang mungkin tetap mendominasi sebagai pilihan utama bagi investor yang lebih konservatif," tutur Guntur.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Eri Kusnadi mengungkapkan bahwa kinerja reksadana sepanjang tahun 2024 dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama, terutama ekspektasi suku bunga di Amerika Serikat (AS). 

Suku bunga tinggi di AS memperkuat dolar AS, yang pada gilirannya menekan mata uang dan obligasi negara berkembang. Dampak ini juga sedikit berimbas pada pasar saham, meskipun hubungannya tidak terlalu langsung.

Memasuki kuartal III dan IV, muncul dua sentimen baru yang lebih spesifik terkait ekuitas di pasar negara berkembang (EM). Sentimen tersebut ialah stimulus besar-besaran dari China dan kemenangan Donald Trump, yang kebijakannya dikhawatirkan akan semakin memberi tekanan pada negara-negara berkembang.

Eri juga menjelaskan prospek dari masing-masing kelas reksadana berbeda beda tergantung faktor yang mempengaruhinya. 

"Untuk equity mungkin akan lebih volatile akibat ketidakpastian kebijakan luar negeri AS. Walaupun kinerja perusahaan di Indonesia harusnya masih akan cukup baik di 2025, laba diperkirakan tidak akan tumbuh terlalu tinggi," kata Eri kepada Kontan, Kamis (2/1).

Sementara, untuk pasar obligasi akan turut volatile seiring tekanan dari kuatnya dolar AS dan pemotongan suku bunga AS yang akan lebih sedikit dibandingkan perkiraan awal. 

"Untuk money market seperti biasa cenderung lebih stabil dikarenakan aset yang mendasarinya juga cenderung stabil," ucap Eri.

Kemudian, untuk reksadana saham, dengan tekanan yang telah dialami pasar saham Indonesia, valuasinya seharusnya sudah tidak terlalu tinggi, sehingga membuka peluang untuk pemulihan. 

Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, risiko koreksi diperkirakan akan terbatas jika nilai tukar rupiah  telah stabil.

Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto menyampaikan bahwa penurunan suku bunga AS diharapkan berlanjut di 2025 dan jika terjadi menjadi sentimen positif bagi pasar modal di negara berkembang seperti Indonesia.

"Secara valuasi, saham-saham di Indonesia juga sudah relatif murah. Hal ini diharapkan menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing untuk masuk ke saham Indonesia," ujar Rudiyanto kepada Kontan, Kamis (2/1).

Ia menambahkan, reksadana pasar uang relatif tidak terpengaruh dampak sentimen luar karena investasinya lebih ke instrumen deposito, obligasi jangka pendek dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Untuk reksadana saham dan pendapatan tetap, keduanya akan diuntungkan jika penurunan suku bunga berlanjut," tambah Rudiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×