kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.650.000   29.000   1,79%
  • USD/IDR 16.349   90,00   0,55%
  • IDX 7.073   43,40   0,62%
  • KOMPAS100 1.037   7,79   0,76%
  • LQ45 810   -1,46   -0,18%
  • ISSI 212   1,87   0,89%
  • IDX30 422   0,11   0,03%
  • IDXHIDIV20 506   -1,11   -0,22%
  • IDX80 117   0,24   0,20%
  • IDXV30 121   0,19   0,16%
  • IDXQ30 138   -0,30   -0,22%

Menilik Kinerja Emiten yang Tertekan Imbas Pelemahan Rupiah


Selasa, 04 Februari 2025 / 19:57 WIB
Menilik Kinerja Emiten yang Tertekan Imbas Pelemahan Rupiah
ILUSTRASI. Rupiah Melemah-Petugas mengamati kondisi fisik mata uang asing Dolar Amerika di gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Pelemahan rupiah berpotensi menekan kinerja emiten, terutama yang memiliki utang berdenominasi dolar AS. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/12/2024


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2025, nilai tukar rupiah menunjukkan tren pelemahan. Pada Selasa (4/2), rupiah spot ditutup di level Rp 16.351 per dolar Amerika Serikat (AS), mencatat depresiasi 1,33% secara tahun berjalan. Kondisi ini berpotensi menekan kinerja emiten, terutama yang memiliki utang berdenominasi dolar AS.. 

Economist PT Panin Sekuritas Tbk Felix Darmawan menjelaskan pelemahan rupiah dapat meningkatkan beban keuangan perusahaan akibat selisih kurs.

Pelemahan rupiah membuat nilai utang dalam rupiah menjadi lebih besar, sehingga beban keuangan meningkat, terutama jika perusahaan tidak memiliki pendapatan dalam dolar untuk mengimbangi. 

Baca Juga: Saham Bank LQ45 yang Turun saat IHSG Naik pada Selasa (4/2), Ada BBCA, BBNI, dan BMRI

Selain itu, depresiasi rupiah juga dapat menggerus laba bersih, karena melemahnya kurs meningkatkan biaya bunga dan cicilan pokok. Tak hanya itu, ada juga risiko refinancing yang lebih tinggi khususnya bagi perusahaan yang memiliki obligasi dolar AS yang akan segera jatuh tempo.

Menurut Felix, sektor yang paling terdampak adalah infrastruktur, properti dan beberapa industri manufaktur yang memiliki utang luar negeri besar tetapi tidak diimbangi dengan pendapatan ekspor yang signifikan.

Di sisi lain, stimulus berupa penurunan suku bunga memiliki efektivitas yang terbatas dalam kondisi pelemahan rupiah. Felix menyoroti beberapa faktor yang dapat mengurangi dampak positif dari kebijakan ini.

Pertama, depresiasi rupiah meningkatkan beban utang luar negeri, yang bisa membatalkan efek positif dari suku bunga lebih rendah.

Kedua, potensi arus keluar dana asing semakin besar jika selisih suku bunga antara Indonesia dan AS menyempit.

Ketiga, kenaikan biaya impor menjadi tantangan bagi sektor yang masih sangat bergantung pada bahan baku impor.

"Jadi, dalam kondisi saat ini, efek dari penurunan suku bunga masih ada, tetapi terbatas, dan emiten dengan utang dolar yang tinggi harus berhati-hati dalam mengelola keuangan," ujar Felix.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menyoroti ketidakpastian global yang masih berlangsung, terutama terkait perang tarif yang berpotensi memperkuat dolar AS. 

Dalam kondisi ini, dampak penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) diperkirakan hanya bersifat sementara, apalagi jika The Federal Reserve (The Fed) tetap mempertahankan suku bunga acuannya yang dapat mempersempit spread suku bunga antara Indonesia dan AS.

Azis juga mencermati sejumlah emiten konsumer, seperti Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan Mayora Indah Tbk (MYOR), memiliki utang dalam dolar AS yang cukup besar. 

"Posisi saat ini pelaku pasar bisa menghindari saham-saham dengan utang dolar AS karena bisa meningkatkan beban bunga dari emiten tersebut," ucap Azis kepada Kontan, Selasa (4/2).

Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat ke 7.073,46 di Hari Ini, GOTO, SMGR, KLBF Jadi Top Gainers LQ45

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan berpendapat dengan pelemahan rupiah seperti sekarang, stimulus penurunan suku bunga dapat menjadi kurang efektif karena peningkatan beban bunga utang dalam dolar AS. 

Ketika dikonversi ke rupiah, total kewajiban perusahaan akan menjadi lebih besar sehingga tekanan terhadap arus kas dan profitabilitas semakin meningkat.

Beberapa emiten yang memiliki utang luar negeri dalam jumlah besar seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) menjadi rentan terhadap depresiasi rupiah. 

"Pelemahan nilai tukar ini meningkatkan beban pembayaran utang dan bunga bagi emiten-emiten tersebut, yang pada akhirnya dapat menekan laba bersih," terang Ekky kepada Kontan, Selasa (4/2).

Baca Juga: Dikabarkan Bakal Merger dengan Grab, Simak Rekomendasi Saham untuk GOTO

Strategi hedging

Felix menambahkan strategi hedging merupakan cara yang optimal untuk memitigasi risiko nilai tukar, karena metode ini sudah umum digunakan oleh banyak perusahaan.

Sementara itu, Ekky menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan instrumen hedging seperti forward contract atau cross-currency swap, emiten dapat mengamankan nilai tukar tertentu untuk pembayaran utang di masa mendatang. Hal ini membantu melindungi emiten dari potensi kerugian akibat fluktuasi kurs.

Rekomendasi Saham 

Pada situasi ini, Ekky menyarankan agar investor mempertimbangkan diversifikasi portofolio dengan menambah eksposur ke saham-saham yang diuntungkan dari pelemahan rupiah. 

Emiten berbasis ekspor seperti sektor tambang dapat menjadi pilihan karena mendapatkan pendapatan dalam dolar AS, sehingga pelemahan rupiah justru berdampak positif bagi kinerja keuangan. Dirinya merekomendasikan untuk mencermati saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dengan target harga Rp 10.000-Rp 10.500 per saham.

Azis menyarankan investor mencermati emiten yang berencana melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat. Saat ini, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan strategi trading buy untuk saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan target harga di kisaran 92–95, serta saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dengan target Rp 304–Rp 306.

Berdasarkan riset Kontan, berikut daftar emiten yang punya utang dalam dolar AS hingga kuartal III-2024:

1. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

ICBP memiliki utang obligasi jangka panjang dalam dolar AS yang mencapai Rp 41,62 triliun. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki utang usaha dan utang non-usaha masing-masing sebesar US$ 16,8 juta dan US$ 17,46 juta.

2. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

INDF memiliki utang bank jangka pendek sebesar US$ 532 juta, utang usaha sebesar US$ 13,97 juta, utang lainnya US$ 17,5 juta, serta utang jangka panjang, termasuk yang jatuh tempo dalam satu tahun, yang totalnya mencapai US$ 2,75 miliar.

3. PT Mayora Indah Tbk (MYOR)

MYOR mencatatkan utang usaha dalam denominasi dolar AS untuk pembelian bahan baku dan bahan pembantu yang mencapai Rp 3,53 miliar.

4. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)

GJTL memiliki utang usaha dalam dolar AS yang mencapai Rp 859,35 miliar per September 2024.

5. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

Dari sektor telekomunikasi, TLKM tercatat memiliki utang usaha dalam dolar AS yang mencapai Rp 3,14 triliun hingga September 2024.

Baca Juga: Resmi Jadi Blue Chip LQ45, Harga Saham Ini Naik, Apa Masih Layak Beli?

6. PT Modernland Realty Tbk (MDLN)

MDLN mencatat beban yang masih harus dibayar dalam dolar AS mencapai Rp 99,09 miliar. Tak hanya itu, masih ada utang obligasi berdenominasi dolar AS sebanyak Rp 5,72 triliun. Beban masih harus dibayar untuk pekerjaan pembangunan proyek dengan kontraktor.

7. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

PWON memiliki utang obligasi berdenominasi dolar AS sebanyak Rp 1,13 triliun dan utang usaha kepada pihak ketiga Rp 1,68 miliar. Utang kepada pihak ketiga terutama merupakan utang kepada kontraktor, pemasok dan retensi. 

8. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

MEDC punya utang usaha mencapai US$ 247,78 juta.

9. PT Petrosea Tbk (PTRO)

PTRO memiliki utang usaha senilai US$ 26,79 juta.

10. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA

RAJA memiliki utang usaha pihak ketiga mencapai US$ 15,07 juta. Utang usaha timbul dari pembelian gas dan jasa transportasi gas.

Selanjutnya: Ekalya Purnamasari (ELPI) Ekspansi ke Brunei dan Myanmar, Ini Sektor yang Dibidik

Menarik Dibaca: Cerah Berawan hingga Hujan Ringan, Simak Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×