kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.113   0,00   0,00%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Menilik Kembali Tren Aliran Dana Asing Jelang Pergantian Tahun


Senin, 30 Desember 2024 / 06:35 WIB
Menilik Kembali Tren Aliran Dana Asing Jelang Pergantian Tahun
ILUSTRASI. aliran dana asing di pasar reguler justru tercatat keluar Rp 9,62 triliun dalam enam bulan belakangan.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing kembali tercatat masuk di hari perdagangan terakhir pekan lalu. Pada Jumat (27/12) kemarin, aliran dana asing tercatat masuk Rp 199,54 miliar di pasar reguler dan Rp 759,87 miliar di seluruh pasar.

Dalam enam bulan terakhir, aliran dana asing yang masuk di seluruh pasar tercatat sudah sebesar Rp 23,43 triliun. Sayangnya, aliran dana asing di pasar reguler justru tercatat keluar Rp 9,62 triliun dalam enam bulan belakangan.

Net buy asing di seluruh pasar juga tercatat Rp 15,22 triliun sejak awal tahun 2024 alias year to date (YTD). Sebaliknya, di pasar reguler yang tercatat justru net sell asing sebesar Rp 28,92 triliun YTD.

Melansir RTI, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dibeli asing Rp 55,5 miliar pada perdagangan Jumat lalu. Kemudian, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dibeli asing Rp 54,4 miliar dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dibeli asing Rp 45,9 miliar.

Sebaliknya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dijual asing paling banyak pada hari Jumat kemarin, yaitu sebesar Rp 169 miliar. Lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dijual asing Rp 29,4 milar dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dilego asing Rp 26,2 miliar Jumat pekan lalu.

Dalam enam bulan terakhir, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menjadi emiten dengan net buy tertinggi, yaitu Rp 2,5 triliun. Disusul PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dibeli asing Rp 2,2 triliun dan PT United Tractors Tbk (UNTR) yang dibeli asing Rp 1,2 triliun.

Sementara, BBRI jadi emiten dengan net sell tertinggi dalam enam bulan terakhir, yaitu sebesar Rp 21,1 triliun. Disusul PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) yang dijual asing Rp 1,1 triliun dan BREN yang dilego asing Rp 943 miliar.

Baca Juga: Harganya Bergerak Variatif, Mayoritas Emiten Prajogo Pangestu Getol Ekspansi

Sejalan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengecewakan di sepanjang tahun 2024. Pada perdagangan Jumat kemarin, IHSG ditutup di level 7.036. IHSG sudah terkoreksi 3,25% YTD.

Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee berpendapat, keluarnya aliran dana asing dari bursa domestik terjadi pasca keunggulan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024. Trump bakal dilantik pada 20 Januari 2025 mendatang.

Dengan kemenangan Trump tersebut, ada sejumlah sentimen yang dinilai berdampak kurang baik terhadap pasar global, termasuk IHSG. Misalnya, ada potensi The Fed bakal lebih sedikit memotong suku bunga di tahun 2025.

“Tensi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina juga berkontribusi meningkatkan volatilitas pasar. Faktor lain datang dari perlambatan ekonomi China dan paket stimulus mereka yang mengecewakan,” ujarnnya kepada Kontan, Minggu (29/12).

Fluktuasi di pasar global pun dilihat masih akan terjadi hingga awal tahun 2025, sehingga ada kecenderungan dana asing masih bisa keluar dari pasar saham Indonesia.

“Sentimen volatilitas itu berasal dari pelantikan Trump di awal tahun depan dan pasar melihat sejumlah kebijakan yang bakal dia ambil,” ungkapnya.

Baca Juga: Wacana IPO BUMN Tambang Baiknya Terlaksana Tahun 2025, Ini Alasannya

Menurut Hans, emiten-emiten yang tercatat dibeli asing adalah mereka yang memiliki kinerja bagus, likuid, dan valuasi sahamnya relatif murah.

“Investor asing biasanya juga akan membeli saham blue chips yang memiliki prospek bagus dan bervaluasi murah,” paparnya.

Di sisi lain, investor asing juga punya alasan yang membuat saham BBRI dilego paling banyak selama enam bulan terakhir tahun 2024.

“BBRI dijual karena potensi kredit macet UMKM meningkat dan daya beli masyarakat, khususnya kelas menegah melemah,” ungkapnya.

Dengan kondisi pasar saat ini dan melihat potensi volatilitas yang berlanjut ke tahun 2025, Hans menjagokan sektor perbankan, konsumer, dan energi baru terbarukan (EBT) untuk dilirik tahun depan.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan melihat, keluarnya aliran dana asing dari bursa Indonesia disebabkan terutama oleh melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

Per Jumat lalu, rupiah spot ditutup di level Rp 16.235 per dolar AS, turun 0,28% secara harian dan 0,08% dalam sepekan.

Sementara, rupiah Jisdor ditutup di level Rp 16.251 per dolar AS. Rupiah Jisdor turun 0,26% secara harian, tetapi naik 0,12% dalam sepekan.

“Investor asing ini investasi kan harus ditukar ke rupiah. Kalau rupiah melemah, mau saham yang mereka pegang itu untung juga percuma,” ujarnya saat ditemui Kontan pekan lalu.

Sejak dolar AS mengalami penguatan, investor global pun kembali masuk ke pasar saham negara tersebut.

Baca Juga: Insentif PPN DTP Berlanjut di 2025, Simak Rekomendasi Saham CTRA, SMRA, PWON, LPKR

Investor asing juga melihat kabinet Presiden Prabowo Subianto yang gemuk akan memperlambat efisiensi anggaran negara.

“Anggaran yang harusnya bisa untuk program kerja, ditakutkan hanya untuk belanja pegawai. Ini terlepas dari kebijakan Prabowo yang lebih fokus ke aktivitas konsumsi, jika dibandingkan dengan Presiden Ketujuh RI Joko Widodo,” paparnya.

Felix melihat, kondisi pasar di tahun 2025 tak akan jauh berbeda dengan tahun 2024. Sektor yang kemungkinan masih bisa stabil menghadapi volatilitas pasar di tahun depan adalan sektor properti, sektor kesehatan, dan sektor poultry.

“Emiten yang berkaitan dengan program-program pemerintah di tahun depan bisa lebih stabil kinerjanya,” ungkapnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, tingginya aliran dana asing yang keluar di sepanjang tahun 2024 disebabkan oleh lima faktor utama.

Dari internal, faktornya ada kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% di awal tahun 2025 dan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang ditahan pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Desember 2024.

Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Melemah Terbatas di Perdagangan Senin (30/12)

Kedua sentimen itu membuat kondisi semakin buruk di tengah pasar yang cenderung wait and see selama tahun pemilu.

“BI sepertinya lebih menitikberatkan pada kebijakan pro stabilitas dan bukan pro pertumbuhan. Padahal, tingkat daya beli masyarakat masih kurang optimal,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (29/12).

Dari eksternal, faktor utamanya berasal dari kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024. Keunggulan Trump itu membuat terjadinya kenaikan US Treasury Yield 10 years, potensi perang dagang, dan penguatan dolar AS yang membuat aliran dana asing kembali masuk ke pasar AS.

“The Fed menjadi lebih hawkish dan hanya akan dua kali menurunkan suku bunga di tahun 2025, dengan masing-masing sekitar 25 basis poin (bps) saja. Padahal sebelumnya, berencana diturunkan empat kali,” ungkap Nafan.

Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (30/12)

Nafan melihat, tren keluarnya aliran dana asing akan kembali terjadi di awal tahun 2025. Hal itu salah satunya juga dipengaruhi oleh tren dalam lima tahun terakhir. Pasar saham cenderung melemah di bulan Januari. Kenaikan baru akan terjadi di bulan Februari dan Maret.

“Setiap bulan Januari, para investor juga cenderung masih mengamati potensi aksi korporasi para emiten sekaligus menunggu laporan keuangan para emiten untuk kuartal IV tahun sebelumnya,” tuturnya.

Salah satu sentimen yang akan sangat membantu pergerakan pasar saham Indonesia adalah kenaikan indeks kepercayaan konsumen (IKK) di atas 100 serta pertumbuhan ekonomi domestik di atas 5%.

Optimisme akan kenaikan konsumsi masyarakat di awal tahun adalah adanya sejumlah hari raya keagamaan dan hari libur, seperti Imlek di bulan Januari serta Ramadan dan Idul Fitri di bulan Februari-Maret.

“Jika pasar kondusif, investor asing akan kembali masuk dan meningkatkan gerak IHSG. Kalau aliran dana asing masuk keluar, kinerja IHSG masih akan sideways,” ujar Nafan.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Sektor Energi yang Melejit di 2024

IHSG diproyeksikan bakal bergerak di level 6.900–7.125 di hari terakhir bursa tahun 2024, Senin (30/12) besok. Sementara, Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan IHSG bakal menyentuh level 8.000 di tahun 2025.

Sektor yang bakal berkinerja baik dan dilirik oleh investor asing di tahun 2025 adalah sektor keuangan, infrastuktur, kesehatan, energi, consumer cyclicals, dan transportasi.

Nafan merekomendasikan akumulasi beli untuk TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham, GOTO dengan target harga Rp 98 per saham, ANTM dengan target harga Rp 1.600 per saham, dan ICBP dengan target Rp 12.875 per saham.

Dari sektor perbankan, Nafan merekomendasikan akumulasi beli untuk BBCA dengan target harga terdekat Rp 10.075 per saham, BBNI dengan target harga terdekat Rp 4.730 per saham, BBRI dengan target harga terdekat Rp 4.410 per saham, BBTN dengan target harga terdekat Rp 1.210 per saham, dan BMRI dengan target harga terdekat Rp 6.050 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×