Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7,036.57 atau -0.41% pada Jumat (27/12). Pelemahan ini dipimpin oleh sektor teknologi yang turun 2,42% disertai dengan depresiasi nilai tukar rupiah.
Analis Phintraco Sekuritas Nurwachidah melihat secara teknikal, IHSG tertahan pada support dinamis MA5 pada kisaran level 7031. Selain itu, indikator MACD menunjukkan pergerakan yang sideways.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.000–7.100 pada perdagangan Senin (30/12)," kata Nurwachidah kepada Kontan, Jumat (27/12).
Nurwachidah memperkirakan pasar akan bergerak cenderung flat dalam waktu dekat, mengingat jadwal perdagangan yang singkat serta momen perayaan Tahun Baru yang akan berlangsung pada pekan depan.
Kondisi ini mencerminkan aktivitas yang lebih terbatas, dengan pelaku pasar kemungkinan memilih untuk wait and see hingga momen pergantian tahun usai. Namun, akan ada beberapa rilis data penting baik dari global maupun domestik, yang dapat menjadi perhatian pasar.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Sektor Energi yang Melejit di 2024
Dari global, pasar menantikan rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) bulan Desember. Dua lembaga terkemuka yakni S&P dan ISM, memperkirakan bahwa sektor manufaktur AS masih berada dalam level kontraktif (<50). Hal ini mengindikasikan masih terjadinya tekanan pada aktivitas industri yang mungkin masih berlanjut di tengah tantangan ekonomi global.
Secara regional, perhatian pasar tertuju pada rilis data NBS Manufacturing PMI China. Indeks ini diperkirakan tetap berada di zona ekspansif (>50). Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur China terus tumbuh dan memberikan sinyal positif terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.
Dari domestik, pasar menantikan rilis data inflasi bulan Desember. Inflasi diperkirakan menurun ke level 1,40% YoY dari sebelumnya 1,55% YoY.
Sebaliknya, inflasi inti diprediksi akan mengalami peningkatan ke 2, 60% YoY dari level sebelumnya 2.26% YoY, yang mencerminkan adanya tekanan harga yang lebih persisten pada barang dan jasa inti.
"Perkembangan ini mengindikasikan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan mendasar mengalami tekanan," jelas Nurwachidah.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana memperkirakan IHSG pada Senin (30/12) berpotensi menguat dengan resistance di level 7.120 dan support di level 7.000. Kenaikan ini didorong oleh potensi window dressing, yakni strategi dari manajer investasi untuk mempercantik kinerja portofolio menjelang penutupan akhir tahun.
Meskipun sentimen domestik seperti rencana kenaikan PPN dan pelemahan rupiah masih menjadi perhatian, aksi beli pada saham-saham unggulan berkapitalisasi besar diperkirakan akan memberikan dorongan tambahan.
"Dari sisi eksternal, rencana stimulus besar dari Tiongkok dapat memberikan sentimen positif, terutama untuk saham-saham berbasis komoditas yang memiliki eksposur tinggi terhadap China," ucap Hendra kepada Kontan, Jumat (27/12).