kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Mengukur prospek SSIA di Subang & Karawang


Kamis, 28 Januari 2016 / 09:35 WIB
Mengukur prospek SSIA di Subang & Karawang


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sepertinya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai mengalihkan fokus portofolio bisnis dari Karawang ke Subang. SSIA tengah mengkaji pembentukan perusahaan patungan alias joint venture dengan pemilik lahan untuk memperluas kawasan industri Suryacipta Karawang.

Targetnya, ada sekitar 100 hektare lahan baru yang bisa dikuasai. Memang, mengembangkan lahan sendiri akan menghasilkan margin lebih tebal ketimbang lahan yang dikelola dengan skema patungan. Hanya saja, modal patungan mengakuisisi lahan akan lebih kecil ketimbang mengembangkan lahan sendiri.

"Jadi, sebagian modal bisa dialihkan untuk mengembangkan yang di Subang," tutur Sanni Satrio Dwi Utomo, analis Bahana Securities kepada KONTAN, Rabu (27/1).

Bukan berarti kilau kawasan industri sekitar Karawang pudar. Wilayah ini masih prospektif. Karawang masih menjadi kota penyangga, sekaligus berdekatan langsung dengan Jakarta. Infrastruktur Karawang juga sudah lebih terbentuk ketimbang Subang.

Berbeda dengan Subang. Kawasan ini memang memiliki peluang yang terbuka lebar. Harga lahannya juga belum semahal Karawang. "Subang ini untuk jangka panjang, untuk dua atau tiga tahun lagi, itu saja baru dimulai progres-nya," ujar Sanni.

Iklim bisnis kawasan industri tahun ini diyakini mulai membaik. "Belum signifikan, tapi ada perbaikan. Selain karena tahun lalu yang memang sudah low base, juga karena sejumlah stimulus dari pemerintah yang mulai terasa efeknya," tambah Sanni.

Rizky Hidayat, analis Mandiri Sekuritas, mengungkapkan hal senada. Margin kawasan industri dengan skema patungan jauh lebih kecil. Ini terlihat dari pencapaian performa perseroan hingga kuartal III tahun lalu.

Pada periode tersebut, margin SSIA dari bisnis kawasan industri tercatat 73%. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mampu mencatat margin hingga 81%. "Ini ditengarai karena penjualan 11 hektare lahan ke PT SLP Surya Ticon Internusa," ujar Rizky dalam risetnya.

SLP merupakan patungan yang dibentuk oleh SSIA, Mitsui Co Ltd dan Ticon Industrial Connection Plc. SSIA menguasai 50% saham. Keputusan mulai fokus ke Subang juga memberikan efek positif. Hingga saat ini, SSIA mengakuisisi 300 hektare lahan di Subang.

Rizky bilang, sejauh ini saham SSIA underperform, 33% di bawah IHSG. Dia juga memprediksi, price earning ratio (PER) SSIA tahun ini sekitar 7,9 kali, sama seperti tahun lalu dan akan turun menjadi 6,3 kali tahun depan.

Adeline Solaiman, analis Buana Capital, menilai, perbaikan iklim bisnis kawasan industri tahun ini sedikit membaik. Hal ini berpengaruh pada performa SSIA. Adeline memprediksi, tahun ini SSIA hanya mampu menjual 20 hektare lahan, tak jauh berbeda dengan penjualan tahun lalu.

Kenaikan harga rata-rata tipis. Harga jual rata-rata lahan SSIA diprediksi hanya naik 5% ketimbang tahun lalu menjadi US$ 179 per meter persegi. Sehingga, marketing sales SSIA tahun ini diprediksi Rp 563,85 miliar, naik 4% dibandingkan estimasi 2015.

Sanni dan Rizky merekomendasikan beli SSIA dengan target harga masing-masing Rp 720 dan Rp 1.100. Adeline merekomendasikan tahan, dengan target Rp 692.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×