kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenal Digital Mediatama Maxima (DMMX), calon emiten baru yang IPO bulan depan


Selasa, 24 September 2019 / 20:56 WIB
Mengenal Digital Mediatama Maxima (DMMX), calon emiten baru yang IPO bulan depan


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMXX) akan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Oktober mendatang. Sebelumnya, Digital Mediatama menjadwalkan pencatatan saham perdananya di tanggal 21 Oktober.

DMXX yang merupakan perusahaan rintisan (start up) itu merencanakan akan melakukan masa penawaran awal saham pada 24-30 Oktober 2019, sedangkan untuk penawaran umum dijadwalkan pada 11-15 Oktober 2019. 

Baca Juga: IPO bulan depan, ini kisaran harga saham perdana Digital Mediatama Maxima (DMMX)

Lantas, perusahaan apakah DMM itu?

Digital Mediatama Maxima merupakan perusahaan platform digital trade marketing dan pengiklanan berbasis cloud yang menyediakan berbagai jasa end-to-end seperti pengelolaan kontan, pengiklanan terprogram, dan program akuisisi penjualan. 

Jelasnya, DMM merupakan perusahaan rintisan yang menyediakan penayangan iklan digital di mini market, seperti di Indomaret, Alfamart, KFC, BCA, dan anggota Sampoerna Retail Community (SRC) yang tersebar di lebih dari 4.000 lokasi di 25 kota di Indonesia. 

Pihak perusahaan mengklaim belum ada jenis usaha serupa di Indonesia yang seperti DMM. Sehingga, pesaing mereka saat ini juga belum ada. 

Lini bisnis utama DMMX ada empat. Pertama, model bisnis managed service di mana perseroan menyediakan layanan end-to-end atau hilir ke hilir yang dimulai dari penjualan hardware hingga ke sistem operasi. 

Baca Juga: Terus berekspansi, Chandra Asri (TPIA) berkomitmen tambah kapasitas produksi

Pada model itu, DMMX juga menyediakan layanan pemeliharaan infrastruktur hardware dan pengelolaan konten klien. Beberapa klien Digital Mediatama di model bisnis tersebut antara lain Circle K, Indomaret, FamilyMart, Lawson, Alfamidi, dan Alfamart.

Melalui model bisnis itu, DMM telah bekerja sama kurang lebih dengan 4.600 toko, serta per 30 Juni 2019 memiliki kerja sama mitra sebanyak 5.700. 

Sementara, perusahaan menargetkan tahun depan pangsa pasar DMMX untuk kerja sama dengan toko meningkat menjadi 47.000.

Kedua, model bisnis infrastructure as a service (IAAS), merupakan usaha sistem sewa pakai infrastruktur seperti kios digital dan juga penyediaan layanan end-to-end seperti sistem operasi, pemeliharaan infrastruktur dan pengelolaan konten. 

Beberapa klien di model bisnis IASS antara lain KFC, BCA, The Body Shop, Everbest, dan Fujifilm dengan total lokasi yang sudah dikover DMM sebanyak 48 lokasi. 

Selanjutnya, advertising exchange hub adalah penyediaan bursa pengiklanan dengan memanfaatkan aset infrastruktur klien secara maksimal. 

Baca Juga: Ini penyebab kinerja Chandra Asri (TPIA) turun di semester pertama 2019

Terakhir, trade marketing yang merupakan penyediaan program pemasaran perdagangan B2B termasuk pengiklanan dan promosi pemasaran. 

"Fokus pasar kami memang para pebisnis ritel. Terlebih lagi retailer di Indonesia pasti tiap tahun tumbuh 5-10%. Sementara, kami saja baru menjajaki pangsa pasar 10% di minimarket, potensi itu terus tumbuh," ujar Direktur Utama DMMX Budiasto Kusuma di The Ritz Carlton di Jakarta pada Selasa (24/9).

Sementara itu, dana hasil IPO akan digunakan DMM untuk pengembangan lini usaha. Rinciannya 75% untuk peningkatan modal kerja, 20% untuk investasi di bidang teknologi informasi, dan 5% untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) di perseroan.

Setelah IPO, DMM menargetkan pendapatan di tahun 2019 menjadi Rp 99 miliar. Sementara, target tahun 2020 mencapai Rp 560,4 miliar, dan tahun 2021 menjadi Rp 713,5 miliar. 

Laba tahun ini juga ditargetkan meningkat menjadi Rp 13,5 miliar, sedangkan tahun depan naik menjadi Rp 71,7 miliar, dan tahun 2021 diharapkan mencapai Rp 95,2 miliar.

Baca Juga: Kota Satu Properti (SATU) jalin kerjasama pengelolaan Stay Majapahit Kostel

Meskipun belum ada pesaing di pasar yang sama, Budiasto menambahkan bahwa tantangan terbesar perusahaannya adalah teknologi. "Teknologi menjadi salah satu risiko utama kami. Sebab, pergerakan perubahan teknologi selalu cepat, apalagi di era digitalisasi," tutup Budiasto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×