Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Kondisi pasar modal yang sedang acak-acakan menjadi peluang bagi investor untuk melakukan rebalancing portofolio.
Presiden Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi mengatakan, investor harus segera menyeimbangkan portofolionya menjadi lebih konservatif. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi ketidakpastian. "Bagi investor agresif, bisa lebih konservatif dulu untuk jangka pendek," ungkap Michael kepada KONTAN, Minggu (25/8).
Investor yang sudah memiliki portofolio konservatif sebaiknya mulai membeli aset berisiko. Besaran kas pada investor konservatif mulai bisa dikurangi.
Michael menyarankan, investor konservatif untuk mengalokasikan separuh aset pada instrumen pasar uang dan menempatkan porsi maksimal 30% di saham. Investor agresif bisa mendiversifikasi portofolio dengan masuk ke reksadana campuran. Porsi saham bisa dipertahankan maksimum 30% portofolio.
Direktur PT Panin Asset Management, Ridwan Soetedja justru menyarankan investor untuk memperbesar porsi instrumen berbasis saham. Menurut dia, investor harus memanfaatkan kejatuhan IHSG untuk masuk saham. Ia menilai, saham-saham bluechips layak dikoleksi lantaran valuasinya sudah murah.
Tapi optimistisme ini tidak berlaku di obligasi. Obligasi memerlukan waktu lebih lama untuk rebound ketimbang saham. Ridwan memprediksi, obligasi baru akan rebound memasuki kuartal keempat.
Selain saham, investor juga dapat mengakumulasi emas. Harga logam mulia mulai bergerak naik dalam sepekan terakhir dan masih berpeluang naik. Namun, Ridwan memprediksi, emas terkoreksi saat bursa saham membaik. Instrumen lain yang cukup menarik adalah deposito karena bunga yang sudah naik.
Head of Investment PT BNI Asset Management, Abdullah Umar Baswedan menganjurkan investor untuk memperbesar porsi pasar uang. Ini dilakukan untuk mengamankan dana bila terjadi tekanan ekonomi di sisa tahun ini.
Menurut Abdullah, investor bisa memutar sisa dana ke instrumen yang lebih agresif. "Jika kondisi mulai stabil, saham dan capuran bisa mulai ditambah komposisinya," kata Abdullah, akhir pekan lalu.
Direktur Utama PT Jisawi Finas Sunggul Situmorang mengatakan, investor bisa mengambil sikap berhati-hati hingga kondisi pasar stabil. "Pertahankan investasi yang dimiliki sekarang, karena otoritas telah memiliki sejumlah kebijakan untuk menstabilkan pasar," ujar Sunggul.
Fluktuasi rupiah dan defisit neraca perdagangan membawa sentimen negatif bagi saham. Namun, empat kebijakan yang diluncurkan pemerintah diperkirakan bisa membawa sentimen positif bagi IHSG.
Sunggul melihat, investor kurang bijak untuk menepatkan dana di pasar uang. Suku bunga deposito paling tinggi 8%. Sedangkan, inflasi year on year bisa tembus 9%. "Menempatkan di deposito hanya tindakan pengamanan. Namun, investor tidak bisa mendapat nilai tambah," ujar Sunggul.
Perencana Keuangan Shildt Consulting, Risza Bambang merekomendasikan investor agresif mengurangi porsi kepemilikan pada saham serta memperbanyak obligasi pemerintah dan reksadana pendapatan tetap. Sebaliknya, investor konservatif perlu menambah deposito dan logam mulia hingga 50%. "Kurangi porsi saham hingga ekonomi makro membaik. Gejalanya, saat indeks saham dunia dan valas rebound," tutur Risza.
Ramuan Portofolio Saat Pasar Fluktuatif | ||||||
Manajer Investasi dan Perencana Keuangan | Saham/RD Saham | RD Campuran | Pasar Uang/Deposito | Logam Mulia | Obligasi/RD Pendapatan Tetap | Keterangan |
Michael T Tjoajadi, PT Schroders Investment Management Indonesia | 30% | 50% | 20% | Investor Konservatif | ||
30% | 20% | 30% | 20% | Investor Agresif | ||
Ridwan Soetedja, PT Panin Asset Management | 60% | 15% | 15% | 10% | ||
Risza Bambang, Shildt Consulting | 10% | 25% | 25% | 40% | Investor Konservatif | |
20% | 10% | 10% | 60% | Investor Agresif | ||
Abdullah Umar Baswedan, PT BNI Asset Management | 10% | 10% | 50% | 30% | ||
Sunggul Situmorang, PT Jisawi Finas | Pertahankan portofolio yang dimiliki sekarang | |||||
Sumber : Wawancara KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News