kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45874,39   11,11   1.29%
  • EMAS1.350.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Prospek Industri Reksadana di Sisa Tahun 2024


Rabu, 05 Juni 2024 / 06:54 WIB
Meneropong Prospek Industri Reksadana di Sisa Tahun 2024
ILUSTRASI. Prospek industri reksadana di tengah penurunan imbal hasil


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana masih cukup tertekan di lima bulan pertama tahun 2024. Berdasarkan data Infovesta, kinerja reksadana saham menjadi yang terlemah dari reksadana lainnya di bulan Mei 2024. 

Tercatat di bulan Mei 2024, imbal hasil reksadana saham kontraksi 4,02% (MoM), sehingga mengakumulasi kinerja yang turun 8,26% sejak awal tahun (Ytd).

Adapun untuk reksadana campuran mencetak kinerja kontraksi 1,23% MoM dan tumbuh 2,33% Ytd. Sementara itu, reksadana pendapatan tetap mencetak imbal hasil 0,92% MoM dan 0,83% secara Yt. Hal yang sama terjadi pada reksadana pasar uang yang imbal hasilnya naik 0,39% MoM dan 1,93% Ytd.

Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, penurunan kinerja reksadana tak lepas dari berkurangnya minat investasi pada produk reksadana.

"Karena pertumbuhannya cenderung terbatas dan adanya peralihan ke instrumen lainnya lantaran banyak instrumen alternatif seperti SUN, kripto, emas, dolar AS, dan lain-lain," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/6).

Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Tertekan, Panin AM Optimistis Prospeknya Tetap Baik

Sejak aturan SE OJK No. 5 tahun 2022 tentang Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI), tren penurunan AUM masih terjadi. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang tahun ini tercatat terjadi penurunan AUM sebesar 2,37% Ytd menjadi Rp 775 triliun per April 2024.

Pada 2022, saat pengalihan investasi asuransi dari reksadana, total AUM tercatat sebesar Rp 797,31 triliun atau turun 3,56% dari tahun 2021 sebesar Rp 826,70 triliun. Lalu pada 2023 kembali turun 0,44% YoY menjadi Rp 793,78 triliun.

Menilik pada kinerjanya, pada akhir 2022 tercatat imbal hasil reksadana saham tercatat turun 0,85%, reksadana pasar uang naik 2,71%, reksadana pendapatan tetap naik 2,01%, dan reksadana campuran naik 0,33%.

Lalu, sepanjang tahun 2023, reksadana kinerja reksadana saham kembali mencetak penurunan imbal hasil 3,73%. Sedangkan, imbal hasil reksadana pasar uang justru naik 3,94%, reksadana pendapatan tetap pun naik 4,73%, dan reksadana campuran naik 0,86%.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi juga mengamini bahwa memang terjadi peralihan investasi. "Kami melihat memang ada peralihan meninggalkan saham dan pendapatan tetap ke pasar uang atau obligasi korporasi," katanya.

Ia pun menilai tekanan pada kinerja reksadana masih akan berlanjut, setidaknya sampai dengan pelantikan dan pemaparan kinerja kabinet baru. Namun, secara prospek ia menilai prospek investasi reksadana masih positif.

Terlebih, kata Reza, dengan koreksi yang terjadi saat ini, khususnya pada reksadana saham yang sudah mencapai bottom maka cicil beli disarankan. Ini mengingat ekspektasi pemangkasan suku bunga di semester II 2024.

Baca Juga: Prospek Reksadana Saham Masih Menarik, Cek Strategi Sucorinvest AM Maksimalkan Cuan

Sambungnya, dengan pemangkasan suku bunga itu juga mendorong prospek reksadana pendapatan tetap karena akan mendongkrak harga obligasi. Lalu untuk pasar uang, Reza juga menilai positif lantaran likuiditas tinggi dan imbal hasil yang masih baik.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya juga sepakat bahwa pelemahan yang terjadi saat ini bisa menjadi entry point yang menarik.

Dijelaskan, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah murah. Perhitungannya, saat ini IHSG di bawah -1 standar deviasi yaitu kisaran 13 kali P/E dan di bawah rata-rata 5 tahun P/E yaitu 17,3 kali.

Lalu, instrumen obligasi juga sudah mencapai peak-nya dan beberapa waktu terakhir menguat. Ini seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga acuan, dan apabila terjadi maka akan memberikan potensi upside pada pasar obligasi.

"Selain itu dalam waktu dua minggu terakhir investor asing juga tercatat mencatatkan aksi inflow di SBN Indonesia," jelasnya.

Sementara untuk reksadana pasar uang didorong deposito yang akan jatuh tempo. Dengan era suku bunga tinggi saat ini, maka berpotensi mendapatkan deposito baru dengan potensi imbal hasil yang lebih tinggi.

Parto pun sepakat bahwa untuk prospek jangka panjang, investasi reksadana masih menarik. "Untuk tahun ini, reksadana saham masih bisa menghasilkan return sekitar 5%-6%, reksadana pendapatan tetap 3%-4% dan reksadana pasar uang sekitar 2%-2,5%," imbuhnya.

Selanjutnya: Ciri-Ciri Gula Darah Tinggi, Simak Cara Menurunkan Gula Darah dengan Alami

Menarik Dibaca: Laporan Eksklusif Jobstreet By Seek: 67% Orang Indonesia Ingin Bekerja di Luar Negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×