Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses initial public offering (IPO) yang digelar oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sukses menarik perhatian publik. Meski dari sisi bottom line masih menanggung kerugian, tapi pendapatan GOTO menunjukkan tren kenaikan.
Dalam ringkasan laporan keuangan per 30 September 2021, GOTO membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,40 triliun. Meningkat 45,29% dibandingkan pendapatan bersih per September 2020 yang sebesar Rp 2,34 triliun.
Namun, kenaikan pendapatan bersih itu belum mampu memangkas rugi bersih yang diderita GOTO. Dalam periode sembilan bulan 2021, rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk GOTO tercatat sebesar Rp 11,57 triliun, naik 11,03% dibanding rugi Rp 10,42 triliun pada periode yang sama tahun 2020.
Adapun dalam kurun tahun 2018-2020, GOTO masih mencatatkan kerugian di level double digit. Pada tahun 2018, GOTO membukukan rugi bersih sebesar Rp 11,24 triliun.
Baca Juga: CEO GoTo: Kontribusi Gojek Terhadap Perekonomian Nasional Rp 249 Triliun di 2021
Rugi bersih GOTO melesat menjadi Rp 22,76 triliun pada 2019. Setahun kemudian, GOTO berhasil memangkas kerugian bersihnya menjadi Rp 14,20 triliun di akhir tahun 2020.
Dalam periode 2018-2020, pendapatan bersih GOTO sebenarnya juga terus mengalami kenaikan. Dari Rp 1,43 triliun pada 2018, naik menjadi Rp 2,30 triliun pada 2019. Kemudian meningkat lagi menjadi Rp 3,32 triliun pada 2020.
Sumber pendapatan
Merujuk laporan keuangan per Juli 2021, GOTO membukukan pendapatan bruto sebesar Rp 6,89 triliun. Meningkat 40,89% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Dalam laporan tersebut, pendapatan GOTO mayoritas berasal dari imbalan jasa senilai Rp 5,03 triliun atau berkontribusi sebanyak 73% terhadap total pendapatan bruto.
Baca Juga: GoTo Jual Saham Perdana di Harga Rp 338, Murah atau Mahal?
Pendapatan GOTO lainnya bersumber dari jasa pengiriman sebesar Rp 892,60 miliar, imbalan iklan Rp 378,52 miliar, imbalan transaksi dan pembayaran sebanyak Rp 336,62 miliar, penjualan barang dagangan sebesar Rp 35,67 miliar, serta lain-lain yang mencapai Rp 221,01 miliar.
Pendapatan bruto yang diraih GOTO kemudian dikurangi dengan promosi kepada pelanggan, yang pada periode Juli 2021 tercatat sebesar Rp 4,38 triliun. Alhasil, GOTO membukukan pendapatan bersih senilai Rp 2,51 triliun per Juli 2021, naik 54,93% dari realisasi Juli 2020 sebesar Rp 1,62 triliun.
Dari pendapatan bersih yang diraih GOTO tersebut, sebanyak 96% atau Rp 2,41 triliun berasal dari pihak ketiga. Sedangkan sisanya sebesar Rp 98,45 miliar didapat dari pihak berelasi.
Sebelumnya, CEO Grup GoTo Andre Soelistyo membeberkan bahwa manajemen GOTO sudah memetakan strategi untuk bisa mendapatkan profitabilitas. Menurutnya, ada tiga hal penting yang bisa dicermati dari kinerja keuangan GOTO.
Pertama, nilai transaksi bruto alias Gross Transaction Value (GTV) GoTo menunjukkan pertumbuhan kuat dengan skala yang masif. Sebagai gambaran, GTV GoTo tumbuh dengan laju 46% dari tahun 2018-2020.
Adapun, bisnis GoTo ditopang oleh tiga bisnis utama melalui Gojek, Tokopedia, dan GoPay.
"(GTV) kami terus tumbuh untuk periode 12 bulan yang berakhir kuartal III-2021. Ini menunjukkan posisi kami yang terdepat untuk tiga segmen bisnis utama," ujar Andre dalam paparan publik IPO GoTo yang digelar secara virtual, Selasa (15/3) lalu.
Kedua, GoTo membukukan kinerja tertinggi dengan momentum periode kuartalan yang terus meningkat. Dengan peningkatan GTV dan efisiensi operasi, pendapatan bruto GoTo pun terus tumbuh dengan laju 56% dalam kurun 2018-2020.
Baca Juga: Ajaib Sekuritas: Bookbuilding GoTo Diminati Investor Ritel
GTV dan pendapatan bruto GoTo terus meningkat di tengah pandemi covid-19 dan mencapai tingkat tertinggi pada periode Januari-September 2021."Hal ini tidak hanya menunjukkan ketahanan dari bisnis kami, tapi juga kemampuan menangkap peluang di tengah kondisi yang menantang," sambung Andre.
Ketiga, dalam menumbuhkan kinerja keuangan, Andre meyakinkan bahwa GoTo memiliki jalur menuju profitabilitas yang jelas. Strategi utama yang dilakukan ialah dengan meningkatkan jumlah pelanggan dan transaksi, sehingga terjadi akselerasi GTV maupun komisi layanan (take rate).
GoTo juga terus memperkuat sinergi layanan dalam ekosistemnya sembari mendorong inovasi produk bernilai tambah. "Imbasnya adalah perluasan margin dan dengan adanya efisiensi biaya fixed cost, akhirnya percepatan revenue growth lebih cepat daripada peningkatan cost. Dengan sendirinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan," terang Andre.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News