Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyedia lahan industri terus berupaya untuk menggejot penjualan di penghujung tahun 2019. Baru-baru ini PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) dikabarkan memperoleh kontrak untuk penjualan industri dari Hyundai Motors Group.
Dalam catatan Kontan.co.id, Hyundai Motors Group sepakat untuk membeli lahan DMAS seluas 77 hektare. Selain itu DMAS juga tengah melakukan negosiasi Perjanjian Pengikatan Jual Beli dengan Honda untuk lahan seluas 60 ha.
Baca Juga: Raih kontrak lahan industri dari Hyundai, ini rekomendasi saham Puradelta (DMAS)
Selain itu, PT Modernland Realty Tbk (MDLN) berharap bisnis kawasan industri semakin tumbuh.
Investor Relation Assistant Manager Modernland Realty Eliza Saliman memperkirakan capaian marketing sales mencapai Rp 4 triliun hingga tutup tahun ini.
Sampai kuartal III-2019 MDLN sudah membukukan marketing sales sebesar Rp 2,7 triliun yang berasal dari beberapa proyek misalnya saja proyek Moderland Cilejit, Modern Cikande Industrial Estate I dan II, serta Jakarta Garden City.
Apabila melihat laporan keuangan sampai September 2019, MDLN sudah berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 248,06 miliar atau melesat 238,31% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Nah peningkatan laba MDLN ditopang oleh penjualan lahan (kavling).
“Marketing sales sampai September didominasi oleh industrial. Sampai akhir tahun ekspektasi marketing sales (dari industrial) bisa mencapai Rp 1,4 triliun,” katanya kepada Kontan.co.id Selasa (10/12).
Begitupun untuk tahun depan, ia mengharapkan investasi asing sudah banyak yang terealisasi. Akan tetapi, untuk melancarkan itu semua membutuhkan dukungan berupa kebijakan dari pemerintah.
Yang jelas, tahun depan salah satu fokus MDLN akan menggenjot penjualan lahan.
“Tahun depan dari Township baru di Cilejit diharapkan bisa mulai kontribusi lebih besar lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Hingga akhir 2019, Modernland (MDLN) optimistis raup marketing sales Rp 4 triliun
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat tren emiten penyedia lahan industri masih menarik lantaran mulai banyak perusahaan yang mau masuk ke Indonesia dan membangun pabrik di Indonesia.
“Ini jadi sentimen positif, perang dagang yang dimana perusahaan mulai memindahkan pabriknya dari negara yang berperang dagang, iklim politik yang mulai stabil di Indonesia sehingga menarik untuk alternatif investasi,” paparnya.
Adapun sentimen negatifnya berasal dari dalam negeri salah satunya lemahnya SDM. Guna meningkatkan kinerja, emiten penyedia lahan harus berani menawarkan area lahan industrinya ke perusahaan-perusahaan yang sedang mencari alternatif dengan di dukung oleh SDM di daerah tersebut yang siap untuk bekerja.
Ia merekomendasikan investor untuk buy saham DMAS dengan target harga Rp 350 per saham, BEST dengan target harga Rp 270 per saham, KIJA dengan target harga Rp 330, dan MDLN dengan target harga Rp 240.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News