Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Begitupun untuk tahun depan, ia mengharapkan investasi asing sudah banyak yang terealisasi. Akan tetapi, untuk melancarkan itu semua membutuhkan dukungan berupa kebijakan dari pemerintah.
Yang jelas, tahun depan salah satu fokus MDLN akan menggenjot penjualan lahan.
“Tahun depan dari Township baru di Cilejit diharapkan bisa mulai kontribusi lebih besar lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Hingga akhir 2019, Modernland (MDLN) optimistis raup marketing sales Rp 4 triliun
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat tren emiten penyedia lahan industri masih menarik lantaran mulai banyak perusahaan yang mau masuk ke Indonesia dan membangun pabrik di Indonesia.
“Ini jadi sentimen positif, perang dagang yang dimana perusahaan mulai memindahkan pabriknya dari negara yang berperang dagang, iklim politik yang mulai stabil di Indonesia sehingga menarik untuk alternatif investasi,” paparnya.
Adapun sentimen negatifnya berasal dari dalam negeri salah satunya lemahnya SDM. Guna meningkatkan kinerja, emiten penyedia lahan harus berani menawarkan area lahan industrinya ke perusahaan-perusahaan yang sedang mencari alternatif dengan di dukung oleh SDM di daerah tersebut yang siap untuk bekerja.
Ia merekomendasikan investor untuk buy saham DMAS dengan target harga Rp 350 per saham, BEST dengan target harga Rp 270 per saham, KIJA dengan target harga Rp 330, dan MDLN dengan target harga Rp 240.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News