Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) akan berlangsung pada 18 November hingga 19 November 2020 mendatang. Beberapa analis memproyeksi BI bakal mempertahankan suku bunga acuan dalam RDG bulanan kali ini.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga angka 4%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ke depan BI masih ada ruang penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, namun penurunan suku bunga ini tentu dengan memantau perkembangan ekonomi global dan domestik.
Sebelumnya, pada Juli 2020 BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) diturunkan sebesar 25 basis poin (bps), dari 4,25% menjadi 4%. Keputusan itu menjadi penurunan suku bunga yang keempat sepanjang tahun tahun setelah BI memangkas suku bunga pada Februari, Maret, dan Juni 2020 dengan besaran masing-masing 25 bps.
Menurut Hans, keputusan pemangkasan suku bunga jadi 4% ini sejalan dengan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk mempertimbangkan rendahnya tekanan inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Mayoritas kinerja pemainnya tertekan, simak rekomendasi saham emiten batubara berikut
Hal serupa juga disampaikan oleh Analis Pilarmas Invesntindo Sekuritas Okie Ardiastama. Ia mengungkapkan, saat ini BI tentunya akan mempertimbangkan indikator makro.
Inflasi yang masih rendah dinilai menjadi alasan dimana BI tetap mempertahankan suku bunga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan Oktober 2020 sebesar 0,07% ketimbang bulan sebelumnya.
“Kami melihat pelaku pasar juga berharap BI belum menaikkan suku bunga, terlebih saat ini beberapa sektor seperti properti berharap suku bunga yang rendah dapat menarik minat masyarakat dalam pembelian properti,” katanya pada Kontan, Minggu (16/11).
Hanya saja Okie berharap, apapun kebijakan BI nantinya dapat mendukung pasar keuangan.
Baca Juga: Kinerja mayoritas emiten batubara melemah di kuartal ketiga
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo pun berpendapat BI akan mempertahankan tingkat suku bunga hingga tutup tahun 2020 di 4%, hal ini sejalan dengan harapan pelaku pasar. Ia memandang, keputusan suku bunga acuan BI ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan IHSG ke depannya.
Wisnu meramal IHSG akan bergerak di rentang 5.400 hingga 5.550 pada pekan ini. Sementara sampai tutup tahun, ia percaya IHSG bisa merangkak naik ke level 5.650 hingga 5.700.
Lebih lanjut ia menambahkan, katalis penggerak IHSG lainnya datang dari rilis neraca perdagangan per Oktober 2020. Selanjutnya kekhawatiran melonjaknya kasus positif Covid-19 di berbagai negara juga turut menahan laju IHSG.
Tak hanya itu, pelaku pasar akan menanti sejumlah rilis data ekonomi dari luar negeri misalnya saja pertumbuhan ekonomi Thailand, data produksi industri di China, dan data pengangguran Amerika Serikat yang diprediksi meningkat.
Baca Juga: IHSG berpotensi melemah esok hari, saham-saham ini bisa dicermati
Kamudian pergerakan IHSG bisa terangkat dari kabar terkait perkembangan vaksin Covid-19. Selain dari perkembangan vaksin Pfizer dan BioNTech, dua vaksin Rusia juga dilaporkan efektif lebih dari 90% untuk mencegah virus korona.
Dalam pekan ini, sambung Okie, katalis dari dalam negeri cukup banyak, dimana rilis data makro dinilai menjadi trigger arah dari IHSG ke depan. Okie memproyeksikan IHSG bergerak menguat terbatas pada pekan depan 5.350 - 5.520.
Dengan memudarnya efek Biden, serta meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa negara yang dikuti penguncian sosial terbatas, Hans memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi melemah di pekan depan. Adapun support IHSG ada di level 5.395 sampai 5.246 dan resistance di level 5.520 sampai 5.550.
Selanjutnya: IHSG diramal melemah pada pekan depan seiring memudarnya Biden effect
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News