Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, sepakat bahwa arah pergerakan IHSG dalam jangka pendek dan menengah masih sangat ditentukan oleh faktor eksternal, khususnya konflik di Timur Tengah.
Lonjakan harga komoditas global bisa memicu inflasi dan mengubah sikap The Fed terhadap kebijakan moneter. “Bisa jadi The Fed mengambil sikap dovish, mempertimbangkan tekanan inflasi global,” ujarnya.
Audi menilai ruang BI untuk menurunkan suku bunga semakin terbatas jika inflasi kembali meningkat dan nilai tukar rupiah melemah akibat ketidakstabilan geopolitik.
Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip Pilihan Untuk Semester II 2025, Ada yang Harga Di Bawah 1.000
Berdasarkan data CME FedWatch, The Fed diperkirakan hanya memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 4,00%–4,25%, sehingga ruang pelonggaran kebijakan oleh BI menjadi terbatas.
Audi memperkirakan IHSG akan tumbuh moderat pada akhir 2025 di kisaran 7.500–7.700, dipengaruhi ketidakpastian ekonomi domestik, perlambatan pertumbuhan laba emiten di sektor perbankan, manufaktur, dan energi, serta ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih lambat.
Secara teknikal, Nafan memperkirakan IHSG bisa menyentuh 7.609 jika skenario optimistis terwujud. Namun jika tekanan eksternal berlanjut, IHSG berisiko melemah hingga ke level 6.994.
Selanjutnya: AKPI Perlu Melakukan Standarisasi dan Perlindungan Kurator
Menarik Dibaca: Coba 4 Tips Ini Untuk Bangun Kepercayaan Terhadap Pasangan Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News