kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,04   5,70   0.63%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencermati rencana bisnis emiten farmasi, KAEF, INAF dan PEHA di 2020


Senin, 27 Januari 2020 / 19:37 WIB
Mencermati rencana bisnis emiten farmasi, KAEF, INAF dan PEHA di 2020


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan di bisnis farmasi kian ketat. Sejumlah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tengah gencar melakukan ekspansi. Salah satunya adalah emiten plat merah yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang menargetkan pertumbuhan kinerja dua digit tahun 2020 ini.

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, Ganti Winarno mengatakan, untuk mencapai target kenaikan pendapatan dobel digit sepanjang 2020, Kimia Farma akan mengembangkan segmen penjualan produk kosmetika dan food suplement. 

Baca Juga: Phapros (PEHA) raih anugerah PROPER kategori Hijau dari KLHK

"Meski fokus pada segmen tersebut, Kimia Farma tetap memproduksi obat-obatan generik sebagai bentuk dukungan Kimia Farma terhadap program Pemerintah," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).

Selain mengembangkan segmen kosmetika,  Ganti Winarno melanjutkan, Kimia Farma juga akan melakukan komersialisasi produk bahan baku obat yang sudah mulai diproduksi oleh anak perusahaan Kimia Farma yaitu PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.

Nah, dari strategi tersebut perusahaan farmasi milik negara ini menargetkan penjualan bisa tumbuh dobel digit tahun ini. Adapun  Ganti Winarno tidak merinci berapa pertumbuhan labanya maupun belanja modal yang disiapkan untuk tahun ini.

Baca Juga: Naik paling tinggi pada 2019, begini prospek indeks Pefindo i-Grade pada 2020

Adapun perusahaan farmasi pelat merah lainnya yakni PT Indofarma Tbk (INAF) bakal membidik penjualan mencapai Rp 1,97 triliun di sepanjang tahun ini. "Adapun di 2020 perusahaan optimistis mampu membalikan rugi bersih menjadi laba menjadi Rp 8,9 miliar," jelas Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno.

Melansir laporan keuangannya di kuartal III 2019, INAF masih membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk senilai Rp 34,84 miliar. Jumlah itu turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp 35,09 miliar.

Herry yakin Indofarma bisa menikmati cuan di akhir tahun nanti karena di sepanjang 2019 perusahaan telah fokus memperbaiki fundamental perusahaan seperti infrastruktur bisnis model dan restrukturisasi keuangan.  

Herry menjelaskan lebih lanjut restrukturisasi keuangan yang dimaksud adalah restrukturisasi keuangan terhadap pinjaman Indofarma di Bank Mandiri, BNI dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Adapun sejauh ini telah disepakati pinjaman tersebut, tenor utang akan diperpanjang sampai 10 tahun ditambah keringanan suku bunga. 

Baca Juga: Aksi cepat Askrindo, Bank Mandiri dan Perhutani tangani korban banjir dan longsor

Ada beberapa fokus yang akan dilakukan Indofarma di sepanjang tahun ini. Herry menjelaskan Indofarma akan mengutamakan pada segmen reguler dan alat kesehatan serta  perbaikan pungutan piutang. 

Tak main-main, Indofarma membidik pendapatan di segmen alat kesehatan bisa mencapai Rp 300 miliar. Jika membandingkan dengan kontribusi alat kesehatan di 2018 yang masih Rp 3,13 miliar tentu pertumbuhannya cukup pesat. 

Baca Juga: Iuran BPJS Kesehatan naik, simak rekomendasi analis untuk saham farmasi berikut

Indofarma tentunya sudah menyiapkan belanja modal untuk memuluskan rencananya ini. Herry mengungkapkan, INAF menyiapkan belanja modal sebesar Rp 56 miliar  di tahun 2020 untuk bisnis alat kesehatan.

Emiten farmasi pelat merah lainnya yakni PT Phapros Tbk (PEHA) masih merahasiakan berapa belanja modal serta proyeksi pertumbuhan di sepanjang tahun ini.

Meski begitu, emiten berkode saham PEHA ini sebelumnya mengatakan pada tahun ini bakalan ada negara tujuan ekspor baru yakni Nigeria.

Baca Juga: INAF pasang target pendapatan Rp 1,9 triliun pada 2020

Sekretaris Perusahaan Phapros, Zahmilla Akbar menjelaskan Phapros tengah dalam tahap registrasi atau pendaftaran produk dengan regulator. "Targetnya registrasi bisa selesai di 2020 sehingga PEHA sudah mulai ekspor ke sana tahun depan," jelasnya.

Adapun tujuan pasar ekspor lainnya ke Myanmar. Pada pertengahan Desember 2019 lalu, tepatnya (18/12) Phapros telah melakukan ekspor produk ke Myanmar melalui anak usahanya PT Lucas Djaja dan PT Marin Liza Farmasi yang berbasis di Bandung, Jawa Barat.

Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya produk yang diekspor adalah obat influenza serta multivitamin. Adapun ekspor dilakukan karena ada kebutuhan di sana dan total nilainya mencapai lebih dari  US$ 50 ribu atau sekitar lebih dari Rp 700 juta.

Baca Juga: Saham Indofarma (INAF) dan Kimia Farma (KAEF) Melonjak, Investor Sebaiknya Hati-Hati 

Perdalam pasar luar negeri bukannya tanpa alasan, Phapros berniat untuk memperkuat penjualan profukt fast movingnya seperti Antimo, Ibuprofen, Multivitamin, dan lainnya.

Jikalau proses penjajakan ekspor ini semua  rampung, "Kami berharap pertumbuhan omzet dari ekspor bisa dobel digit di 2021," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×