kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Menarik! Yield obligasi Indonesia sudah di bawah Eropa


Rabu, 16 November 2011 / 10:57 WIB
Menarik! Yield obligasi Indonesia sudah di bawah Eropa
ILUSTRASI. Promo McD periode 26-30 Desember 2020 menawarkan PaMer 5 dan 3 Teh Sosro dengan harga Rp 60.909. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Krisis yang terjadi di Eropa benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia dalam menerbitkan global bond. Posisi tawar Indonesia melejit lantaran menjanjikan perekonomian yang stabil.

Hal tersebut terbukti dari pemberian imbal hasil atau yield sukuk global yang terbit tahun ini. Pemerintah mematok yield surat utang itu 4% dengan nilai penerbitan US$ 1 miliar.

"Memang tidak ada alasan bagi pemerintah untuk memberikan imbal hasil lebih tinggi dari 4%," ujar Analis obligasi NC Securities, I Made Adi Saputra, Rabu (16/11).

Sukuk global yang Indonesia tawarkan kali ini akan jatuh tempo dalam tujuh tahun. Menariknya, imbal hasil tersebut merupakan level terendah yang pernah diberikan pemerintah dalam penerbitan global bond.

Sebagai pembanding, pada 2008, Indonesia menerbitkan global bond di New York (Amerika Serikat) sebesar US$ 2 miliar dengan tenor 10 tahun. Yield yang diberikan adalah 6,95%. Yield obligasi negara tertinggi yang diberikan oleh negara ASEAN. Sedangkan saat itu, global bond yang diterbitkan Malaysia cuma memberikan yield 3,86% dan Thailand 4,8%.

Yield dan peringkat di bawah Eropa

Jika dibandingkan dengan beberapa negara besar di dunia yang tengah sekarat terjerat krisis, yield obligasi Indonesia tersebut juga masih lebih kecil. Artinya, tingkat kekhawatiran investor masuk ke pasar Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan berinvestasi di Eropa.

Gambarannya, pertengahan November ini, Italia menerbitkan surat utang baru senilai 3 miliar euro (sekitar US$ 4,2 miliar). Agar memikat investor, Italia harus memberikan bunga sangat tinggi untuk obligasi ini, yakni 6,29% per tahun. Asal tahu saja, bunga tersebut merupakan rekor tertinggi yang diberikan Italia sejak tahun 1997.

Namun, Pemerintah Italia memang tak bisa berbuat banyak. Bunga yang supertinggi ini menunjukkan bahwa investor belum terlalu yakin terhadap prospek penyelesaian krisis utang Italia. Minggu lalu, sebelum Perdana Menteri Silvio Berlusconi mundur, tingkat yield obligasi Italia yang telah beredar di pasar sempat terbang hingga level 7%.

Kondisi serupa juga terjadi di Spanyol. Kemarin (15/11) Negeri Matador ini berhasil meraup dana 3,16 miliar euro atau setara dengan US$ 4,3 miliar. Tenor instrumen utang yang dilepas ke publik adalah 12 bulan dan 18 bulan. Sayang, yield obligasi itu melambung di atas 5%.

Sama seperti Italia, yield tersebut merupakan rekor tertinggi sejak tahun 1997. Rinciannya, pemerintah meraih 2,6 miliar euro melalui obligasi tenor 1 tahun dengan tingkat bunga 5,2%. obligasi tenor 18 bulan, 558 juta euro dengan bunga 5,3%.

Keberanian pemerintah Indonesia dalam memberikan yield juga tecermin pada peringkat utang negara. Indonesia, saat ini memiliki peringkat BB+. Level ini belum masuk kriteria investment grade. Sedangkan Italia memiliki peringkat A+ lalu Spanyol AA-. Memang Indonesia tidak head to head dengan peringkat utang yang dimiliki Italia dan Spanyol.

“Tapi, ekonomi Indonesia memiliki outlook positif. Permintaan dari luar negeri pasti sangat bagus karena fundamental ekonomi yang baik,” tutur Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas.

Dana asing tetap serbu Indonesia

Dengan kondisi seperti ini, dana asing diperkirakan bakal mengalir deras ke pasar obligasi. “Investor asing tak punya banyak pilihan. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh pemerintah,” ulas Made.

Ke depan, analis sepakat bahwa Indonesia sejatinya sudah memiliki posisi yang lebih tinggi di mata asing dengan memberikan yield lebih rendah dari beberapa tahun lalu.

Asalkan, “Pemerintah bisa mengendalikan inflasi dan pergerakan rupiah,” ujar Handy. Jadi, selama inflasi di bawah 5% dan pertumbuhan ekonomi stabil di atas 6%, tren suku bunga akan turun.

Sebaliknya, jika inflasi tak terkendali kondisi tersebut akan berbalik. “Kondisi ke depan (2012) masih akan sangat fluktuatif, sebaiknya investor tidak terlalu agresif jika ingin masuk ke market,” saran Handy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×