kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menanti IPO besar di 2018


Selasa, 12 Desember 2017 / 08:07 WIB
Menanti IPO besar di 2018


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berambisi meningkatkan nilai kapitalisasi pasar saham. Salah satu strategi BEI adalah dengan mendorong perusahaan go public dengan menggelar initial public offering (IPO).

Tahun depan, BEI menargetkan minimal ada 35 IPO yang jadi warga baru bursa. Angka ini sejatinya tak jauh berbeda dari target tahun ini. Namun, BEI optimistis bisa merangkul perusahaan-perusahaan besar untuk IPO.

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, mengklaim, sudah ada sekitar 140 perusahaan yang menyatakan minatnya mencatatkan saham perdana di bursa. Ia juga menyebut, beberapa anak usaha badan usaha milik negara (BUMN) sudah bersiap IPO. "Ada sembilan anak perusahaan BUMN yang akan listing tahun depan" ujar Tito, di Jakarta, Senin (11/12).

Dalam catatan KONTAN, beberapa anak perusahaan BUMN yang tertarik untuk melantai di BEI di antaranya PT PP Urban, PT PP Energi, PT PP Infrastruktur, PT Wika Realty, PT Tugu Pratama Indonesia, PT Pelabuhan Tanjung Priok dan PT Indonesia Kendaraan Terminal.

BEI juga siap memberikan insentif dan kemudahan bagi perusahaan yang akan IPO. Menurut Tito, biaya listing di bursa pun tak terlalu mahal, berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 200 juta. Tito juga masih berharap, perusahaan beraset besar seperti PT Freeport Indonesia bisa melantai di bursa Tanah Air.

Informasi saja, saat ini sudah ada 31 perusahaan yang melantai di BEI. Tapi, nilai penjaringan dana dari IPO sepanjang tahun ini baru sebesar Rp 7,89 triliun, masih lebih rendah ketimbang tahun lalu sebesar Rp 12,11 triliun. Tito menyebut, hingga akhir 2017, masih ada tiga hingga empat perusahaan lagi yang akan menjaring dana dari IPO.

Waktu yang tepat

Mardy Susanto, Presiden Direktur BCA Sekuritas, mengatakan, tahun politik yang akan datang, tidak harus disikapi secara negatif. Tahun depan, kondisi pasar diharapkan akan kondusif dan menjadi momentum baik untuk IPO.

Menurut Mardy, waktu yang paling menarik untuk IPO adalah pada kuartal I-2018. "Kondisi pasar di kuartal pertama, saya kira masih akan kondusif, apalagi banyak kebijakan pemerintah yang sudah terlihat nyata," ujar dia.

David Sutyanto, Analis First Asia Capital, juga mengatakan, meski tahun depan mulai banyak gelaran politik, prospek saham perdana masih cukup menjanjikan. Apalagi, sudah banyak perusahaan besar yang mengumumkan niatnya menggelar IPO.

Dalam penawaran saham perdana, investor akan banyak memperhatikan harga dan valuasi perusahaan. David menyebut, IPO akan lebih menarik dan bisa terserap lebih maksimal jika dilakukan pada semester I-2018. "Ini menjadi timing yang tepat untuk menghindari konstelasi politik" imbuh dia.

Ia menambahkan, agar lebih menarik minat investor, perusahaan yang akan IPO harus bisa memberi diskon harga penawaran saham. Dengan penyerapan saham yang maksimal, risiko penurunan harga di debut perdana perdagangan bisa diminimalisir.

Seperti diketahui, beberapa saham anak BUMN yang IPO tahun ini malah berada di zona merah. Menurut David, hal ini karena perusahaan mematok harga penawaran yang terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×