kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

IPO masih prospektif hingga tahun depan


Jumat, 08 Desember 2017 / 21:19 WIB
IPO masih prospektif hingga tahun depan


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga Jumat (8/12), tercatat 31 emiten baru yang menawarkan saham perdana alias initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Empat lainnya menyusul di Desember 2017 ini.

Tak menutup kemungkinan jumlah emiten baru di BEI tahun depan meningkat. Pasalnya, analis memprediksikan tahun depan masih prospektif untuk lakukan IPO.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani optimistis IHSG akan dalam tren bullish tahun depan. Dia yakin, IHSG dapat tembus level 6.700-6.900. Karena itu, potensi IPO di tahun depan menurutnya masih akan bagus.

Namun, ia tetap mengingatkan perusahaan untuk memperhatikan momentum. Kuartal II dan III menurutnya adalah saat yang tepat.

"Di kuartal I biasanya masih belum ramai dan belum agresif. Hal ini bisa dilihat dari historikal tahun sebelumnya. Tapi di akhir semester II juga cukup berat. Kita perlu perhatikan benturan kepentingan yang mungkin muncul jelang tahun politik," jelas Riska.

Agar saham IPO tak turun harga pada debut perdananya, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyarankan pelaku pasar untuk mengubah pola pikir. Menurutnya, underwriter saham IPO harus bertindak sebagai likuidity provider dan penasehat keuangan. Dus, underwriter harus mendampingi emiten hingga sahamnya likuid.

Hal ini menurutnya bisa menjadi filter sendiri untuk memilih perusahaan mana yang layak IPO ke depan. "Investor juga harus mengubah pola pikir. IPO bukan saham untuk ambil profit, tapi memang harus dipegang untuk jangka panjang. Dengan demikian saham tak lagi jadi beban bagi korporasi," jelas Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×