Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Hal serupa disampaikan oleh ADHI. Perubahan pemimpin OIKN tidak menyebabkan kendala dalam pengerjaan proyek ADHI. Rozi mengatakan, hingga saat ini progres pekerjaan proyek IKN masih sesuai dengan timeline yang telah disepakati.
“Dari seluruh perolehan kontrak pembangunan di Kawasan IKN, ADHI bertindak sebagai kontraktor tanpa adanya porsi sebagai investor,” ungkap Rozi.
Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora mengatakan, meskipun proyek IKN sedang berlangsung, kinerja emiten BUMN Karya masih beragam.
PTPP dan ADHI berhasil mencatatkan kinerja yang baik per kuartal I 2024. Di sisi lain, WSKT dan WIKA justru mengalami peningkatan kerugian di periode itu.
Baca Juga: Peluang Swasta dari Merger BUMN Karya
“Hal ini mengindikasikan bahwa proyek IKN tidak bisa mendongkrak kinerja emiten BUMN Karya. Namun, pergantian pemimpin OIKN tidak akan berpengaruh banyak, karena proyek IKN akan terus berjalan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).
Di tahun 2024, emiten BUMN Karya masih akan terkena sentimen negatif karena masih tingginya suku bunga Bank Indonesia (BI). Sehingga, beban bunga emiten yang masih tinggi akan menggerus kinerja.
“Emiten BUMN Karya akan membaik apabila suku bunga turun,” ujarnya.
Andhika pun belum memberikan rekomendasi untuk emiten BUMN Karya, karena harga sahamnya masih downtrend secara teknikal.
“Para pelaku pasar bisa wait and see terlebih dahulu sambil menunggu adanya sinyal reversal di emiten BUMN Karya,” paparnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, raihan nilai kontrak emiten BUMN Karya menunjukkan potensi peningkatan pendapatan dan laba di masa mendatang.
Baca Juga: BUMN Karya Bakal Dilebur, Simak Rekomendasi Sahamnya
“Namun, kinerja keuangan perusahaan tidak hanya bergantung pada nilai kontrak, tetapi juga pada faktor lain, seperti efisiensi operasional, efektivitas manajemen, dan kondisi ekonomi,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).
Proyek IKN diyakini akan memberikan dampak positif bagi kinerja emiten BUMN Karya. Namun pasar tetap khawatir pada sentimen pergantian pemimpin OIKN yang bisa memperlambat progres pembangunan akibat adanya kemungkinan perubahan kebijakan dan strategi pembangunan.
“Dampak proyek IKN terhadap kinerja emiten BUMN Karya juga masih bervariasi tergantung pada keterlibatan para emiten dalam proyek tersebut,” ungkapnya.
Menurut Azis, tingginya suku bunga serta kerugian yang masih dialami WIKA dan WSKT membuat tekanan akan kinerja emiten BUMN Karya masih berlanjut di tahun 2024.
Kemampuan membayar utang yang besar juga dipertanyakan akibat arus kas yang masih negatif.