Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Andy melihat, para pelaku pasar menunggu rilis data Indeks Manajer Pembelian (IMP) AS untuk bulan Desember pada hari Senin. Data ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS dan arah kebijakan moneter The Fed.
Perhatian juga tertuju pada pertemuan The Fed pada hari Rabu, di mana bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, akan menjadi sorotan utama, karena dapat memberikan petunjuk tentang kebijakan moneter AS untuk tahun 2025.
Namun meski kini berada dalam tren bearish, Andy memandang bahwa permintaan yang signifikan dari bank sentral dan ketegangan geopolitik dapat mendukung kenaikan jangka pendek harga emas.
Baca Juga: Menakar Prospek Harga Emas Tahun Depan di Tengah Ketidakpastian Global
Ketegangan geopolitik terus menjadi pendorong utama pergerakan harga emas. Teranyar, pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk melipatgandakan populasi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Langkah Israel tersebut dipandang sebagai respons terhadap ancaman dari Suriah, sehingga meningkatkan kekhawatiran geopolitik di wilayah tersebut. Ketidakpastian ini mendorong pelarian ke aset safe haven seperti emas.
Selain itu, lanjut Andy, permintaan besar dari bank-bank sentral juga memberikan dorongan positif bagi harga logam mulia. Bank sentral telah menjadi pembeli emas selama hampir 15 tahun terakhir, menekankan peran emas sebagai lindung nilai dari krisis dan aset cadangan yang dapat diandalkan.
Baca Juga: Sempat Mengalami Penurunan, Cermati Prospek Harga Emas Hingga 2025
‘’Data dari World Gold Council memproyeksikan bahwa tren pembelian ini akan terus berlanjut, sehingga mendukung harga emas hingga tahun 2025,’’ tutur Andy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News