Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GTS Internasional Tbk menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Emiten ini menawarkan sebanyak-banyaknya 2,4 miliar saham atau setara 15,7% saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Adapun harga yang ditetapkan sebesar Rp 100, dengan demikian dana segar yang diperoleh bisa mencapai Rp 240 miliar. GTSI akan menggunakan dana hasil hajatan ini untuk pinjaman kepada PT Anoa Sulawesi Regas.
Pinjaman itu diperlukan untuk membangun permanen floating storage regasification unit (FSRU) yang rencananya akan dimulai pada kuartal keempat tahun 2021. Asal tahu saja, jangka waktu pembangunan yang dibutuhkan sekitar 24 bulan. Dana yang diperlukan mencapai US$ 55 juta, dengan asumsi nilai kurs Rp 14.300 per dolar AS.
Baca Juga: GTS Internasional meramaikan daftar emiten pelayaran di bursa
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas berpendapat, PT GTS Internasional ini terbilang menarik karena apabila dilihat dari laporan keuangannya berhasil mencetak pertumbuhan dalam dua tahun terakhir.
GTSI berhasil memperoleh pendapatan sebesar US$ 31,33 juta pada 2020 lalu atau naik 3,84% dari pendapatan 2019 yang sebesar US$ 30,17 juta. Hanya saja, di kuartal kedua tahun ini terjadi penurunan pendapatan sehingga laba bersih tercatat rugi di kuartal I.
Hingga Mei 2021, GTSI memperoleh pendapatan sebesar US$ 7,94 juta atau turun dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 12,23 juta. Alhasil, calon emiten ini harus menanggung rugi US$ 421,277 sampai Mei 2021, padahal pada periode yang sama tahun lalu masih mencatat keuntungan US$ 5,69 juta.
Meski demikian, Sukarno mengatakan anak usaha HITS ini masih berpeluang untuk mengejar kinerja hingga tutup tahun ini. “Tapi ada peluang kembali mencatatkan positif hingga penutupan akhir tahun 2021,” katanya, Kamis (2/9).
Baca Juga: GTS International akan bangun FSRU permanen berkapasitas 15.000 meter kubik
Tak hanya itu, ia memandang GTSI menjadi menarik lantaran belum ada pesaing dari lokal yang mengangkut Liquefied Natural Gas (LNG). Sukarno melanjutkan permintaan pasar juga berpotensi meningkat seiring rencana akan mengurangi emisi karbon, serta pemanfaatan gas yang kini sudah meluas.
Seiring dengan hal tersebut, sistem transportasi pengangkutan gas seperti LNG tidaklah mudah, harus memenuhi sisi keamanan serta penggunaan kapal berteknologi mutakhir. Jadi, sambungnya, GTS ini memiliki keunggulan dalam hal pengangkutan LNG ini. Sedangkan, tantangan untuk perusahaan ini jika ada pendatang baru berasal dari asing masuk dan bisa merusak pangsa pasar GTSI.
Sementara itu, bila ingin melirik saham-saham pelayaran Sukarno menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan kinerja dan valuasi dari saham-saham pelayaran yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Sukarno beberapa saham pelayaran seperti BULL, SOCI, SHIP, PSSI masih menarik karena kinerjanya berhasil tumbuh. Ia memberikan rekomendasi akumulasi beli atau buy on weakness untuk saham-saham tersebut.
Baca Juga: Begini rencana penggunaan dana IPO GTS Internasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News