kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.691.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.345   -55,00   -0,34%
  • IDX 6.795   -78,69   -1,14%
  • KOMPAS100 1.010   -16,39   -1,60%
  • LQ45 783   -21,03   -2,62%
  • ISSI 210   0,71   0,34%
  • IDX30 406   -10,51   -2,52%
  • IDXHIDIV20 491   -10,85   -2,16%
  • IDX80 114   -2,41   -2,07%
  • IDXV30 120   -0,32   -0,27%
  • IDXQ30 133   -3,63   -2,65%

Menakar Daya Tarik Pasar Saham Saat IHSG Terjun & Tertekan Capital Outflow


Minggu, 16 Februari 2025 / 23:30 WIB
Menakar Daya Tarik Pasar Saham Saat IHSG Terjun & Tertekan Capital Outflow
ILUSTRASI. Pialang memegang kepala saat harga saham anjlok (11/7/2025). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham  Gabungan (IHSG) belum mampu keluar dari tekanan. Meski sempat menunjukkan perlawanan, tapi IHSG masih dalam tren melemah dengan mengakumulasi penurunan 1,54% sepanjang pekan lalu.

IHSG pun sedang parkir di area 6.638,45. Posisi ini mencerminkan penurunan sedalam 6,24% secara year to date (YTD). Performa IHSG jadi salah satu yang paling menukik di kawasan Asia Pasifik. Sejauh ini kinerja IHSG hanya lebih baik dari bursa Thailand (-9,15%) dan Filipina (-7,16%).

Baca Juga: Potensi Dividen dan Buyback Berpotensi Memoles Kinerja Lesu Emiten Bank Besar

Investor asing pun tampak belum kembali berminat menanamkan dananya di bursa Indonesia. Tengok saja arus dana keluar (capital outflow) yang masih mengalir deras. Pada pekan lalu, terjadi aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 3 triliun. Secara YTD, posisi net sell mencapai Rp 10,51 triliun di seluruh pasar.

Kondisi ini pun menggerus kapitalisasi pasar (market cap) konsolidasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga Jumat (14/2), total market cap BEI tercatat senilai Rp 11.401 triliun. 

Sebagai perbandingan, market cap per akhir tahun 2024 lalu berada di level Rp 12.336 triliun. Artinya, market cap BEI menguap sebanyak  Rp 935 triliun dalam satu setengah bulan terakhir.

Founder & Chief Executive Officer Finvesol Consulting Fendi Susiyanto melihat penurunan IHSG cukup signifikan dibandingkan bursa regional Asia. Bahkan, indeks di beberapa negara mampu bergerak menanjak.

Baca Juga: Anak Usaha Agung Sedayu Jadi Tuan Rumah Konferensi Bisnis Global

Contohnya Hang Seng Index - Hongkong (+12,76%),  KOSPI Index - Korea (+7,98%) dan Straits Times Index - Singapura (+2,37%). Fendi mengamati tekanan IHSG merupakan kombinasi dari faktor eksternal dan domestik.

Katalis utama adalah kekhawatiran terhadap dampak dari meningkatnya eskalasi perang tarif, efisiensi pemerintah melalui pemangkasan anggaran, kondisi deflasi di bulan Januari, hingga pelemahan nilai tukar rupiah. Pada saat yang sama, saham-saham yang biasanya menopang IHSG, belakangan sedang tertekan.

Termasuk saham perbankan yang masih menjadi tulang punggung bagi performa IHSG.

"Mendorong investor ambil sikap hati-hati dan melakukan aksi profit taking terlebih dahulu sampai adanya katalis positif," kata Fendi kepada Kontan.co.id, Minggu (16/2).

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada punya pandangan serupa. Pelaku pasar, terutama investor asing masih menahan diri mencermati berbagai sentimen yang mengiringi pasar.

Apalagi setelah kocok ulang (rebalancing) salah satu indeks global, Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang rilis pekan lalu.

Baca Juga: Likuiditas Ketat Menekan Saham Bank, Cek Rekomendasi BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, BRIS

Pelaku pasar umumnya memiliki persepsi ketika terjadi rebalancing, maka para pengelola dana akan mengubah bobot investasinya terhadap saham-saham yang terkena kocok ulang. Dus, rebalancing mengubah arah pergerakan saham yang terkena kocok ulang, bahkan pada saham yang sebelumnya dirumorkan masuk indeks.

"Masalahnya terkadang banyak pelaku pasar yang tidak melihat fundamental, dan lebih melihat sentimen. Padahal kalau lebih bijaksana, kan seharusnya tidak perlu melakukan aksi jual secara masif dan menganggap keluar-masuk indeks itu hal biasa," kata Reza.

Seperti diketahui, dalam rebalancing MSCI periode Februari ini, lebih banyak saham di BEI yang tergusur dari indeks. Bahkan, tidak ada satu pun saham yang masuk ke dalam MSCI Global Standard Indexes. 

MSCI justru mencoret tiga saham dari MSCI Global Standard Indexes. MSCI juga tidak menambahkan tiga saham milik taipan Prajogo Pangestu ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index. Ketiga saham tersebut adalah BREN, CUAN dan PTRO, yang punya bobot besar pada pergerakan IHSG.

Baca Juga: Saham BBRI, BRMS, dan BMRI Paling Ramai Dalam Perdagangan Sepekan Hingga Jumat (14/2)



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×