kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.093.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.430   24,00   0,15%
  • IDX 7.937   83,06   1,06%
  • KOMPAS100 1.111   9,35   0,85%
  • LQ45 809   4,06   0,50%
  • ISSI 272   3,87   1,45%
  • IDX30 420   2,48   0,59%
  • IDXHIDIV20 486   1,71   0,35%
  • IDX80 123   0,86   0,71%
  • IDXV30 133   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 136   1,05   0,78%

Memilih strategi yang tepat untuk investasi reksadana campuran


Rabu, 24 April 2019 / 13:57 WIB
Memilih strategi yang tepat untuk investasi reksadana campuran


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana campuran diperkirakan bisa mencatat kinerja yang lebih optimal di tengah ekspektasi positifnya kondisi pasar saham dan obligasi pasca pemilu. Meski demikian investor tetap memerlukan strategi yang tepat dalam berinvestasi reksadana campuran.

Asal tahu saja, reksadana campuran sejauh ini memiliki kinerja rata-rata yang mentereng. Hal ini tercermin dari Infovesta Balance Fund Index yang tumbuh 3,33% (ytd) hingga akhir Maret lalu. Kinerja rata-rata reksadana ini berhasil melampui reksadana lainnya, termasuk reksadana saham yang hanya mencetak kinerja rata-rata sebesar 1,43% (ytd) di periode serupa.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menyampaikan, reksadana campuran terbagi dalam dua jenis, yakni reksadana campuran agresif dan konservatif.

Reksadana campuran agresif biasanya memiliki porsi saham yang lebih banyak ketimbang obligasi di dalam portofolionya. Sebaliknya, portofolio reksadana campuran konservatif umumnya lebih didominasi oleh obligasi dibandingkan saham.

Menurut Edbert, reksadana campuran konservatif dapat menjadi pintu masuk bagi investor pemula sebelum menjajal reksadana saham atau pendapatan tetap biasa. Di sisi lain, investor berkesempatan meraih cuan secara maksimal jika investasi di reksadana campuran agresif.

Lebih lanjut, jika investor sudah memiliki reksadana campuran agresif namun masih ingin memperkaya portofolionya dengan instrumen lain, maka investor tersebut disarankan membeli instrumen yang risikonya lebih rendah. Misalnya reksadana pendapatan tetap atau pasar uang.

“Upaya itu lebih baik ketimbang diversifikasi ke reksadana saham, karena potensi risikonya sama-sama tinggi,” imbuh Edbert, Senin (22/4) lalu.

Ia menambahkan, jika investor yang bersangkutan benar-benar fokus pada investasi di reksadana campuran saja, maka bukan masalah apabila investor tersebut membeli reksadana campuran dengan berbagai tipe, baik agresif ataupun konservatif. 

Dengan begitu, risiko yang dihadapi investor akan lebih terdiversifikasi tanpa harus mengurangi potensi imbal hasil yang optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×