kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

Memburu Pendanaan Lewat Obligasi Jadi Pilihan Sejumlah Emiten Saat Pasar Saham Lesu


Selasa, 18 Maret 2025 / 08:20 WIB
Memburu Pendanaan Lewat Obligasi Jadi Pilihan Sejumlah Emiten Saat Pasar Saham Lesu
Layar digital menunjukan pergerakan harga saham Bursa Efek Indonesia pada kantor sekuritas di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pasar saham Indonesia yang lesu, tren penerbitan obligasi oleh emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tergolong masih ramai sepanjang 2025 berjalan.

Obligasi pun dipandang menjadi opsi alternatif yang menarik bagi emiten dalam menjaring pendanaan untuk berbagai keperluan bisnis.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga saat ini sudah ada 23 emisi dari 18 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) yang diterbitkan dengan dana yang dihimpun mencapai Rp 27,9 triliun.

Sampai dengan 14 Maret 2025, terdapat 31 emisi dari 25 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline.

Baca Juga: Pasar Saham Lesu, Emiten Memburu Pendanaan Lewat Obligasi

Dari jumlah tersebut, 11 penerbit EBUS berasal dari sektor finansial, kemudian 4 penerbit berasal dari sektor energi.

Lebih lanjut, ada 3 penerbit EBUS berasal dari sektor industri dasar, lalu 2 penerbit dari konsumer non siklikal, 2 penerbit dari sektor infrastruktur, 1 penerbit dari sektor konsumer siklikal, 1 penerbit dari sektor industrial, dan 1 penerbit dari sektor transportasi dan logistik.

Dalam sebulan terakhir, beberapa emiten mengumumkan agenda penerbitan obligasi atau sukuk. Terbaru, ada PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) mengumumkan telah menerbitkan surat utang senilai US$ 350 juta kepada investor asing di luar Indonesia.

Surat utang yang diterbitkan pada 12 Maret 2025 ini memiliki tingkat suku bunga sebesar 5,65% per tahun dan jatuh tempo pada 12 Maret 2035.

Manajemen POWR menyatakan, transaksi ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perusahaan guna melunasi jumlah terutang atas surat utang 2026. Melalui surat utang ini, POWR berharap dapat memperpanjang periode jatuh tempo utangnya, sehingga meningkatkan likuiditas secara keseluruhan.

Baca Juga: Ada Dividen Jumbo di Saat Pasar Saham Lesu, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Selain itu, PT Petrosea Tbk (PTRO) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahap 2025 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahun 2025.

 

Pihak PTRO membidik dana senilai Rp 1 triliun melalui penerbitan Obligasi Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahun 2025. PTRO juga mengincar Rp 500 miliar dari penerbitan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahap 2025.

PTRO telah menggelar penawaran untuk obligasi dan sukuk tersebut pada 13—17 Maret 2025. Rencananya, surat utang ini akan dicatat di BEI pada 24 Maret 2025 mendatang.

Lebih lanjut, awal Maret ini, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menawarkan dan menerbitkan Obligai Berkelanjutan VI Tower Bersama Infrastructure Tahap VI Tahun 2025 dengan nilai pokok Rp 2,67 triliun. Dana tersebut akan dialokasikan sepenuhnya untuk anak-anak usaha TBIG.

Baca Juga: Menilik Dampak Kehadiran Danantara ke Kinerja Pasar Saham

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo, mengatakan, dalam kondisi pasar saham yang lesu, maka emiten dapat mencari dana segar alternatif misalnya dari pasar obligasi.

Strategi penerbitan obligasi korporasi dinilai menarik, mengingat ekspektasi suku bunga acuan yang diproyeksikan akan turun dalam beberapa waktu mendatang. 

“Penerbitan obligasi digunakan untuk memperoleh dana yang lebih murah dengan beban bunga lebih terjaga atau lebih rendah, sekaligus menjadi strategi emiten yang lebih stabil di tengah volatilitas pasar saham,” ungkap dia, Senin (17/3).

Tren penerbitan obligasi pun bakal tetap ramai, termasuk untuk kebutuhan ekspansi bisnis. Kemungkinan besar emiten-emiten dari sektor energi, barang baku, dan industri diperkirakan akan cukup gencar dalam menerbitkan surat utang pada tahun ini.

Praska juga memprediksi, obligasi yang diterbitkan di dalam negeri bakal jadi pilihan ideal bagi emiten di tengah kondisi kurs rupiah yang masih bergerak volatil. “Sebab, biaya pendanaan untuk obligasi korporasi lokal relatif lebih stabil,” kata dia.

Baca Juga: Danantara Resmi Meluncur, Begini Arah Gerak Pasar Saham

Senada, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, semenjak suku bunga Bank Indonesia (BI) dipangkas 25 bps pada Januari 2025, tingkat kupon obligasi menjadi berkurang.

Alhasil, cost of fund yang mesti ditanggung emiten ketika menerbitkan obligasi juga lebih rendah. Kondisi ini juga menguntungkan bagi emiten yang membutuhkan refinancing utang dengan bunga yang lebih rendah.

“Jika melihat peluang pemangkasan suku bunga The Fed hingga Desember 2025 yang turun ke level 3,5% - 3,75%, maka BI rate berpotensi turun hingga 50 bps hingga akhir tahun ini, sehingga kami berpandangan hal ini akan mendorong penerbitan obligasi,” tutur dia.

Di sisi lain, investor bakal tetap menginginkan imbal hasil yang tinggi atas obligasi yang diterbitkan suatu korporasi, mengingat risk premium Indonesia yang tergolong tinggi jika dibandingkan pasar global. Namun, biar bagaimana pun investor tetap harus memperhatikan rating emiten yang menerbitkan obligasi.

Praska juga menganggap, peringkat kredit sangat penting diperhatikan oleh para investor yang hendak berinvestasi pada saham-saham emiten penerbit obligasi. Di samping itu, penilaian terhadap prospek bisnis dan kondisi keuangan emiten penerbit obligasi juga patut dilakukan oleh investor.

Baca Juga: Pasar Saham Masih Lesu, Ini Usulan Pelaku Pasar untuk Meramaikan Bursa

“Penting bagi investor untuk menganalisis rasio-rasio keuangan emiten untuk melihat apakah emiten tersebut bisa memenuhi kewajiban utangnya,” kata Praska.

Di antara emiten-emiten yang baru-baru ini menawarkan obligasi atau sukuk, Praska merekomendasikan trading buy saham PTRO dengan target harga di level Rp 4.200 per saham. Di lain pihak, Audi merekomendasikan hold saham TBIG dengan target harga di level Rp 2.200 per saham.

Selanjutnya: CEO Asing akan Berbondong-bondong ke Tiongkok dan Bertemu Xi Jinping, Ada Apa?

Menarik Dibaca: 25 Caption Bukber Penuh Kehangatan Untuk Lengkapi Foto Buka Bersama Sahabat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×