Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari sekian banyak instrumen investasi, saham berbasis komoditas menjadi pilihan bagi seorang Welly Thomas, Direktur Utama PT Sumber Global Energy Tbk (SGER). Alasannya, Welly telah lama menggeluti dan memahami bisnis berbasis komoditas.
Welly memilih saham sebagai mayoritas investasinya. Sebanyak 80% investasi Welly saat ini berbentuk saham
Perkenalan Welly dengan saham sudah berlangsung lama, yakni sejak tahun 1997. Kala itu, dia bekerja di perusahaan sekuritas alias broker. Pria kelahiran Makassar ini memilih saham berdasarkan aspek fundamental.
Welly saat ini tercatat sebagai salah satu pengendali saham SGER. Saat ini, dia mengempit 6,27% saham SGER, yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang trading batubara.
Baca Juga: Usai Akuisisi Link Net, Saham XL Axiata (EXCL) Dinilai Masih Undervalued
Dia menganalogikan, berinvestasi saham sama halnya dengan melakukan trading batubara.
“Tantangannya adalah mengevaluasi dan memprediksi situasi market dalam short to medium terms. Intinya adalah dapat membeli di harga rendah, dan menjual di harga tinggi,” terang Welly kepada Kontan.co.id, Kamis (23/6).
Welly meyakini, apabila setiap bisnis ditekuni dan pahami dengan baik, maka akan menghasilkan opportunity yang besar dengan tingkat risiko yang masih dapat di-manage. Prinsip ini juga berlaku dalam berinvestasi saham.
Welly juga percaya, integritas dan kredibilitas memegang peranan sangat penting dalam bisnis batubara. Selain membutuhkan dana yang besar, pebisnis batubara harus mampu merealisasikan kontrak yang sudah diteken untuk mendapatkan kepercayaan dari pembeli, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebab, salah satu aspek pendukung bisnis ini adalah banyaknya konsumen yang membutuhkan batubara.
"Di luar sana masih banyak peminat batubara, apalagi Indonesia kaya dengan batubara. Saya pikir peluangnya sangat besar," tutur Welly.
Booming komoditas yang terjadi membuat fundamental perusahaan di sektor komoditas menjadi solid. Sehingga, perusahaan komoditas terus berkembang dan menjadi perusahaan yang menghasilkan profit. Hal ini berdampak pada kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Analis untuk Saham Gojek Tokopedia (GOTO)
Welly tidak menampik, dampak dari resesi dunia juga terasa di Indonesia. Hanya saja, resesi ini tidak akan membuat Indonesia krisis seperti dulu. Salah satu pendorongnya adalah daya beli masyarakat di daerah yang terangkat fenomena booming komoditas.
"Kalau bicara pariwisata semua terkena, properti juga kena. Kalau sektor komoditas seperti nikel, emas, bauksit, crude palm oil, timah, cukup tangguh," terang Pria kelahiran 1972 ini.
Selain aspek fundamental, Welly juga mempertimbangkan loyalitas pembagian dividen dalam memilih saham. Jadi, investor bukan hanya mendapat keuntungan dari capital gain, tetapi juga dari dividen yang dibagikan.
Pembangunan infrastruktur yang cukup masif saat ini juga akan berdampak kepada fundamental ekonomi Indonesia. Memang, buah manis dari pembangunan infrastruktur belum dirasakan sepenuhnya saat ini. Namun dia meyakini, dalam jangka panjang sektor infrastruktur akan memperlihatkan hasil.
Fokus ke portofolio saat ini
Selain saham, Welly juga mendiversifikasi asetnya ke properti. Ini dia lakukan dalam dua tahun ke belakang. Namun, tidak menutup kemungkinan ke depan aset propertinya dijual kembali jika harga sudah naik.
Dia memandang, properti di Indonesia masih merupakan lahan basah yang punya prospek menjanjikan. Hanya saja, investor mesti pintar-pintar dalam memilih lokasi. Aspek yang cukup penting dalam membeli properti adalah aspek keramaian, yang akan menentukan prospek harga ke depan.
"Jadi, lokasi sangat penting, berapapun harga properti tersebut,” kata ayah tiga anak ini.
Welly bersama istri juga berinvestasi emas. Welly menerapkan skema cicil beli dalam berinvestasi logam mulia ini. Emas dan properti menyumbang 20% dari total investasi Welly saat ini.
Properti disiapkan untuk jangka panjang. Sedangkan saham disiapkan untuk jangka pendek hingga menengah.
Baca Juga: Harga Emas Makin Tertekan Dengan Upaya Tanpa Syarat The Fed
Sejauh ini, Welly belum berencana mendiversifikasi asetnya. Dia memilih fokus berinvestasi di saham, properti, dan emas.
Menurut Welly, jika ingin melakukan diversifikasi, seseorang harus paham betul mengenai investasi yang dia pilih. Dia pun cukup selektif dalam memilih investasi.
Bagi Welly, instrumen investasi yang menarik adalah yang memberikan imbal hasil (return) minimal 10%. Instrumen yang hanya menghasilkan return di kisaran 5% seperti deposito dan bonds dinilai kurang begitu seksi.
Sudah khatam betul asam garam berinvestasi saham, Welly memberikan sedikit tips bagi investor pemula.
Pertama, memilih saham sesuai dengan profil investasi. Bagi investor pemula, Welly menyarankan untuk masuk ke saham-saham keping biru (blue chips). Risiko saham jenis ini dinilai lebih terukur dibandingkan saham-saham second liner.
Hanya saja memang potensi upside yang dimiliki saham second liner cukup menjanjikan dalam jangka waktu pendek. Kata dia, jika investor berani ambil risiko, banyak peluang-peluang di saham-saham second liner yang berfundamental bagus.
Kedua, fokuslah kepada beberapa sektor dan saham. Sebab, memilih banyak jenis saham dari berbagai jenis sektor dinilai kurang efektif. Lebih baik bagi investor untuk mempelajari beberapa saham dan sektor yang valuasinya masih murah dan potensi naiknya tinggi. Bisa juga mempelajari analisis teknikal untuk memaksimalkan cuan.
“Kalau harganya sudah tinggi, harus lebih hati-hati. Kalau sudah turun banyak, boleh pelan-pelan akumulasi,” imbuh Welly.
Ketiga, tahu batasan untuk profit taking. Jika dirasa sudah mendapat keuntungan dari suatu saham, maka lebih baik dijual dan mencari kembali saham-saham lain yang valuasinya masih murah.
Welly juga menginvestasikan kembali keuntungan yang dia dapat. Hal ini akan membuat dana berputar lebih produktif.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR) yang Mengerek Target Penjualan 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News