Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Axiata Group Berhad (Axiata) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) telah menyelesaikan akuisisi 66,03% saham PT Link Net Tbk (LINK) pada Rabu (22/6). Nilai transaksinya mencapai RM 2,63 miliar atau sekitar Rp 8,72 triliun.
Kini, Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (AII), anak perusahaan yang secara tidak langsung dimiliki Axiata memegang kepemilikan 46,03% dan XL Axiata 20,00%. Sebelumnya, bagian tersebut dimiliki oleh Asia Link Dewa Pte. Ltd. dan PT First Media Tbk.
Analis FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek menilai, pengambilalihan Link Net dapat menjadi peluang yang baik untuk XL Axiata. Pasalnya, akuisisi ini dapat memperkuat penyediaan layanan komunikasi wireless XL Axiata serta layanan pita lebar berbasis kabel dan TV kabel di Indonesia.
Gambaran besarnya, Indonesia merupakan salah satu pasar layanan pita lebar berbasis kabel dengan pertumbuhan tercepat di dunia. "Dengan begitu, ruang pertumbuhannya masih tergolong signifikan," kata Patrick saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/6).
Baca Juga: Usai Akuisisi Link Net, Pendapatan XL Axiata (EXCL) Diprediksi Naik Sekitar 11%
Saham EXCL juga tergolong menarik karena secara valuasi, EXCL masih tergolong murah alias undervalued. Saat ini, EXCL diperdagangkan dengan price to book value (PBV) 1,4x, di bawah PBV rata-rata historis EXCL selama tiga tahun terakhir yang ada di kisaran 1,7x.
"Ada peluang EXCL mengalami penguatan ke area Rp 3.100-an. Untuk target harga optimis ada di area Rp 3.300-an," ucap Patrick.
Secara teknikal, saham EXCL tengah dalam fase rebound yang cukup kuat. Hal tersebut terlihat dari indikator MACD yang golden cross, Stochastic uptrend yang dibarengi dengan volume yang meningkat.
Lebih lanjut, akuisisi Link Net oleh XL Axiata akan membuat persaingan di industri operator seluler semakin kompetitif. Pasalnya, masing-masing perusahaan kini mempunyai kekuatannya sendiri. Apalagi, PT Indosat Tbk belum lama ini merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia.
Baca Juga: Saham Gojek Tokopedia (GOTO) Ditutup Stagnan di Rp 380, Berikut Rekomendasi Analis
Di sisi lain, Patrick melihat bahwa sektor telekomunikasi masih sangat prospektif dengan ruang pertumbuhan yang lebar. Hal ini senada dengan outlook ekonomi digital Indonesia yang sangat prospektif.
Outlook yang positif ini diyakini akan berdampak terhadap peningkatan jumlah konsumen. Hal ini otomatis meningkatkan permintaan, khususnya kebutuhan data seluler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News