kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Rekomendasi Saham Pilihan yang Tersengat Subsidi Kendaraan Listrik


Senin, 05 Desember 2022 / 21:35 WIB
Melirik Rekomendasi Saham Pilihan yang Tersengat Subsidi Kendaraan Listrik
ILUSTRASI. Program subsidi kendaraan listrik turut menyengat harga saham emiten yang bergelut di bisnis kendaraan listrik.TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sedang menggodok pemberian subsidi untuk sepeda motor listrik. Program yang rencananya mulai bergulir pada tahun depan ini sudah menyengat harga saham emiten yang bergelut di bisnis kendaraan listrik alias electric vehicle (EV).

Tengok saja saham PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang dalam sepekan terakhir melonjak 24,55%. Hari ini (5/12), SLIS naik 8,73% ke harga Rp 274. SLIS punya beberapa tipe motor listrik seperti E-Max, Agats, dan Go-Plus. 

Berikutnya ada PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang dalam sepekan naik 15,38% ke level harga Rp 9.000. Bersama anak usahanya, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), Grup MCAS menggarap motor listrik Volta. 

Baca Juga: Hampir Tutup Tahun 2022, Begini Kelanjutan Rencana Akuisisi Gesits oleh IBC

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) juga sempat terpapar angin segar dengan lonjakan 33,33% pada Kamis (1/12) lalu. Emiten Grup Bakrie ini turut menggeber ekspansi di bisnis EV.

Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) turut terdongkrak di awal bulan Desember. Meski, hari ini merosot hingga 6,38%. Adapun TOBA bersama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menggarap motor listrik Electrum.

Emiten lain yang gencar menggeber ekspansi motor listrik adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan produk motor Gesits. Lalu ada PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan produk motor listrik Alva One.

Pemerintah sebenarnya masih mengkaji sejumlah skema untuk mendorong penggunaan motor listrik di Indonesia. Di antaranya dengan konversi motor bahan bakar minyak menjadi motor listrik. 

Wacana lainnya, pemerintah menyiapkan subsidi dengan nilai mencapai Rp 6,5 juta per unit motor listrik. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menyoroti, sejauh ini gerak saham emiten kendaraan listrik masih dipicu oleh sentimen jangka pendek.

Sifatnya hanya sesaat, merespons wacana kebijakan pemerintah atas pengembangan ekosistem EV di Indonesia. Nico memperkirakan, euforia dari wacana ini bisa bertahan hingga akhir tahun. Untuk tahun depan, pelaku pasar akan mencermati progres dari wacana tersebut.

Investor bisa berselancar memanfaatkan momentum untuk trading menjaring cuan. 

"Menurut saya hanya temporer hingga wacana subsidi pemerintah meredup. Namun selama kebijakan untuk mendukung kendaraan listrik terus digulirkan, maka akan menjadi katalis positif," kata Nico kepada Kontan.co.id, Senin (5/12).

Baca Juga: Prospek Saham Selis (SLIS) Moncer, Didongkrak Insentif Rp 6,5 Juta & Rights Issue

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo membenarkan, bergulirnya wacana ini bisa dimanfaatkan untuk momentum trading. Namun, pelaku pasar perlu berhati-hati lantaran volatilitasnya terbilang tinggi.

Sebab, para trader bisa jadi akan terlebih dulu membungkus cuan alias profit raking. Opsi lainnya, investor bisa mengoleksi saham emiten kendaraan listrik ini sebagai diversifikasi. 
"Selama kinerja dan prospek emiten bagus, masih bisa hold," imbuh Wisnu.

Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana menambahkan, sebagai investasi untuk jangka panjang, emiten di ekosistem bisnis EV akan potensial. Namun, untuk jangka pendek, Raditya lebih menyarankan untuk wait and see.

Menurutnya, masih terlalu dini untuk menilai prospek emiten di bisnis EV. Sebab, masih perlu dicermati sejauh mana pebisnis dan pemerintah bisa merealisasikan rencana pengembangan ekosistem kendaraan listrik. 

Hal yang krusial adalah menyiapkan infrastrutkur EV, terutama Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) atau charging station yang masih minim. 

"Untuk saat ini lebih baik wait and see dulu, sambil melihat situasi global," kata Raditya.

Kolaborasi pemerintah dan swasta memang akan menentukan. Nico pun menekankan, emiten-emiten yang terhubung dengan produksi hingga distribusi kendaraan listrik akan diuntungkan.

Ada tiga saham yang layak dipertimbangkan untuk koleksi. Nico memberikan rekomendasi buy saham SLIS dengan target harga Rp 320 dan support pada area Rp 230.

Rekomendasi berikutnya, buy saham MCAS dengan target harga Rp 10.080 dan cermati support di Rp 8.785. Selanjutnya, buy saham INDY dengan target harga Rp 3.000 dan support pada Rp 2.850.

Sedangkan Wisnu menjagokan saham TOBA dan SLIS. Dia melihat kinerja TOBA sejalan dengan prospeknya, sehingga menarik dikoleksi dengan target Rp 850. Saham SLIS pun tak kalah menarik dengan target harga Rp 350 - Rp 400.

Wisnu mengingatkan syarat krusial jika ingin mengoleksi saham emiten EV. "Prospek dan kinerja fundamental harus sejalan agar risiko lebih terkontrol atau terkendali," tambahnya.

Secara teknikal, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat  adanya indikasi bullish divergence pada beberapa saham, dengan tren turun yang sudah masuk fase akhir. 

Beberapa produsen kendaraan listrik menarik dilirik sebagai saham diversifikasi portfolio. Saran Ivan, cermati saham TOBA dengan support di Rp 600 dan target Rp 760. Lalu saham SLIS dengan support Rp 240 dan target harga Rp 318.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×