Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berpotensi masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap dalam pengumuman yang dijadwalkan pada 7 Agustus 2025 mendatang dan berlaku efektif mulai 27 Agustus 2025.
Peluang ini terbuka setelah saham SSIA mengalami lonjakan harga, salah satunya didorong oleh akuisisi 5,89% saham oleh Grup Djarum.
Analis Samuel Sekuritas, Ahnaf Yassar dan Prasetya Gunadi mengatakan kenaikan harga tersebut telah mendorong kapitalisasi pasar free float SSIA menjadi US$ 618 juta, jauh melampaui ambang batas US$ 250 juta.
Baca Juga: Surya Semesta Internusa (SSIA) Bagi Dividen Rp 70,57 Miliar, Cek Jadwal Lengkapnya!
Selain itu, nilai transaksi harian rata-rata selama 12 bulan (12M ADTV) SSIA juga telah mencapai US$ 1,8 juta per hari, melewati ambang batas US$ 1 juta per hari. Sementara itu, rasio nilai transaksi tahunan terhadap nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir juga berada di atas ambang batas 10%.
"Masuknya saham SSIA ke dalam indeks MSCI akan meningkatkan visibilitas SSIA di mata investor global dan berpotensi menarik aliran dana dari investor pasif yang mengikuti indeks sekaligus membalikkan tren penjualan asing menjadi pembelian bersih," kata Ahnaf dan Prasetya dalam risetnya, Selasa (22/7).
Di samping itu, pembangunan jalan tol menuju Pelabuhan Patimban diproyeksikan akan menjadi katalis positif bagi harga lahan di kawasan industri Subang Smartpolitan SSIA. Tol yang ditargetkan rampung pada 2026 ini akan menghubungkan kawasan Subang Smartpolitan dengan Pelabuhan Patimban yang terletak sekitar 40 km di utara.
Setelah tol beroperasi, waktu tempuh antara kedua lokasi diperkirakan berkurang lebih dari 70%, dari sebelumnya sekitar dua jam menjadi jauh lebih singkat. Hal ini diharapkan menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di kawasan Subang.
Baca Juga: Surya Semesta Internusa (SSIA) Bukukan Pendapatan Rp 1,06 Triliun pada Kuartal I-2025
Saat ini, harga jual rata-rata (average selling price/ASP) lahan industri di kawasan Subang Smartpolitan telah mencapai US$ 120 per meter persegi, melonjak 50% secara tahunan (YoY). Sebagai perbandingan, saat proyek Tol Trans Jawa dimulai pada 2015 hingga selesai pada 2018, harga lahan di Bekasi dan Karawang masing-masing melonjak 37% dan 39,8%.
Dengan beroperasinya Tol Patimban, harga lahan di kawasan Subang diprediksi bisa kembali naik sekitar 30%. Selain itu, penyelesaian tahap 1-2 Pelabuhan Patimban yang direncanakan pada kuartal IV 2025 akan meningkatkan kapasitas pelabuhan secara signifikan menjadi 3,75 juta TEUs (+1.400%) dan 600.000 CBUs (+114%). Ini akan memperkuat peran pelabuhan sebagai pusat logistik di kawasan tersebut.
Dengan mempertimbangkan berbagai katalis positif tersebut, SSIA mendapat rekomendasi buy dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp 4.000 per saham. Target ini mencerminkan potensi kenaikan sebesar 38,4% dari posisi saat ini.
Baca Juga: Permintaan Meningkat,Surya Semesta Internusa Targetkan Kenaikan Harga Lahan pada 2025
Selain peluang masuk MSCI, proyeksi penjualan lahan SSIA juga menjadi daya tarik tersendiri. Perusahaan menargetkan penjualan lahan industri sekitar 60–70 hektare per tahun dalam beberapa tahun ke depan.
Namun demikian, ada sejumlah risiko yang perlu diperhatikan pelaku pasar seperti tantangan eksekusi proyek, potensi keterlambatan pembangunan jalan tol dan pelabuhan Patimban, serta perubahan regulasi.
Selanjutnya: RI-AS Sepakati Kerangka Perjanjian Perdagangan Timbal Balik, Ini Rincian Lengkapnya
Menarik Dibaca: Pentingnya Menjaga Kesehatan Anak Sejak Usia Dini Hingga Sekolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News