kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Prospek Obligasi Korporasi Jelang Pergantian Tahun


Senin, 27 Desember 2021 / 18:51 WIB
Melirik Prospek Obligasi Korporasi Jelang Pergantian Tahun
ILUSTRASI. Beberapa emiten menawarkan obligasi jelang pergantian tahun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pergantian tahun baru, beberapa emiten tercatat tengah melakukan penawaran obligasi korporasi. PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT Hutama Karya tengah menjajakan obligasinya di pasar. 

PPRO menawarkan Obligasi Berkelanjutan II PP Properti IV Tahun 2022 dengan jumlah pokok obligasi sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,1 triliun yang dibagi menjadi dua seri. Seri A senilai Rp 157 miliar dengan tenor 370 hari yang menawarkan kupon 9,6%. Seri B senilai Rp 163 miliar dengan tenor 3 tahun yang menawarkan kupon 10,6%. 

Lalu, sisa dari jumlah pokok obligasi yang ditawarkan sebanyak-banyaknya sebesar Rp 780 miliar akan dijamin secara kesanggupan terbaik (best effort). Adapun, PPRO mendapat BBB- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Penjamin emisi obligasi ini adalah PT Bahana Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia.

Baca Juga: Membaca Arah Pergerakan CDS Indonesia di Fase Pemulihan Ekonomi Tahun Depan

Sementara Hutama Karya menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Hutama Karya Tahap II Tahun 2022 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 1 triliun yang dibagi menjadi tiga seri. Seri A senilai Rp 81 miliar dengan tenor 3 tahun yang menawarkan kupon 6,5%. Lalu seri B senilai Rp 176,5 miliar dengan tenor 5 tahun yang menawarkan kupon 7,75%.

Berikutnya, seri C senilai Rp 742,2 miliar dengan tenor 7 tahun yang menawarkan kupon 8,25%. Adapun Hutama Karya mendapat rating A dari Pefindo. Penjamin emisi obligasi ini adalah PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia.

Para analis sepakat prospek kedua perusahaan tersebut relatif lebih baik dari tahun lalu, tapi masih tetap cukup menantang. Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menjelaskan, dengan diangkatnya pembatasan sosial, sektor konstruksi bisa kembali melanjutkan aktivitas pembangunan. 

Baca Juga: Pasar Obligasi Negara Berkembang Paling Cuan di Sepanjang 2021

Hal tersebut diekspektasikan bisa memperbaiki arus kas emiten konstruksi yang terpukul selama pembatasan sosial sebelumnya. Terlebih lagi, Hutama Karya juga merupakan BUMN karya, dengan pemerintah berlaku sebagai pemberi proyek, seharusnya proyek-proyek Hutama karya ke depan masih cukup berlimpah.

“Jadi prospeknya seharusnya masih bagus. Selama emiten konstruksi bisa tumbuhkan bisnis dengan sehat, alias tidak jor-joran ekspansi, serta didukung pemulihan ekonomi, outlook-nya pada tahun depan jauh lebih baik,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Senin (27/12).

Sementara Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, sektor properti seharusnya punya outlook yang lebih baik ketimbang konstruksi. Apalagi, secara historis setiap ada lonjakan harga komoditas, permintaan terhadap properti juga meningkat. 

Jadi, selama fenomena tersebut terulang di tahun depan, kinerja perusahaan properti bisa membaik. Namun jika tidak terjadi, tahun depan akan kembali jadi periode yang menantang untuk sektor properti.

Baca Juga: Regulator Tidak Beri Kelonggaran, Evergrande Ngebut Selesaikan Konstruksi

Jika dilihat dari sisi kupon yang ditawarkan, Fikri menyebut jumlahnya relatif lebih kecil jika dibandingkan market. Namun, menurutnya, angka tersebut masih dapat dibilang wajar. “Dengan potensi kenaikan suku bunga acuan yang sudah di depan mata, tak mengherankan para emiten ini mematok kupon sedikit lebih rendah. Toh masih tetap kompetitif,” imbuh Fikri. 

Sementara Dimas menilai, relatif lebih rendahnya kupon masih mengindikasikan terbatasnya suplai di pasar obligasi korporasi, sementara permintaan masih tetap tinggi. Namun, dengan ekspektasi kinerja obligasi korporasi pada tahun depan yang masih akan tetap solid, membuat kupon tersebut tetap menarik.

Terlebih lagi, dia memperkirakan penerbitan obligasi korporasi pada tahun depan akan berpotensi menawarkan rata-rata kupon yang lebih rendah dari tahun ini. Mengingat pada tahun depan ada potensi naiknya biaya dana atawa cost of fund para emiten di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan.

“Terlepas dari kupon dan sektor penerbit obligasi, yang paling penting adalah tetap menganalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif masing-masing obligasi. Indikator seperti balance sheet (neraca), kemampuan bayar, kualitas kredit, hingga likuiditas harus tetap jadi pertimbangan,” tutup Dimas.

Baca Juga: IHSG Masih Merah, Reksadana Pendapatan Tetap Jadi yang Terbaik Sepekan Terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×