Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mayoritas mata uang utama dunia masih mengungguli dolar Amerika Serikat (AS), didorong oleh kebijakan moneter yang lebih agresif serta indikator ekonomi yang menunjukkan perbaikan.
Berdasarkan data Trading Economics per Jumat (14/3), pasangan mata uang USD/JPY turun 5,55% dalam sebulan terakhir ke level 148,61.
Sementara itu, EUR/USD naik 3,77% menjadi 1,08795, GBP/USD menguat 3,3% ke 1,29325, dan NZD/USD naik 2,82% menjadi 0,57505.
Baca Juga: Indeks Dolar Masih Tertekan Kinerja Ekonomi dan Kebijakan Moneter AS
Faktor Pendorong Penguatan Mata Uang Utama
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan bahwa penguatan mata uang utama sejalan dengan pelemahan indeks dolar (DXY).
Menurutnya, pelemahan dolar AS dipicu oleh kekhawatiran terhadap kinerja ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed.
Selain itu, dampak kebijakan tarif turut membuat mata uang lain relatif lebih kuat dibandingkan dolar.
Selain itu, perbedaan suku bunga di Zona Euro, Inggris, dan Australia menunjukkan bahwa kebijakan moneter mereka lebih agresif dibandingkan The Fed, sehingga menarik lebih banyak investor untuk beralih ke mata uang tersebut.
Indikator ekonomi yang membaik, seperti pertumbuhan PDB, peningkatan angka ketenagakerjaan, serta kenaikan kepercayaan konsumen, juga turut memperkuat daya tarik mata uang utama dunia.
"Sentimen positif investor terhadap ekonomi Eropa, yang didukung stabilitas serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan, berkontribusi pada peningkatan permintaan terhadap mata uang mereka," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Minggu (16/3).
Baca Juga: Begini Prospek Dolar AS Ditengah Tekanan Mata Uang Utama
JPY dan CHF Mengalami Koreksi, tetapi Tetap Prospektif
Meski mayoritas mata uang utama menguat, yen Jepang (JPY) dan franc Swiss (CHF) mengalami koreksi dalam sepekan terakhir.
Hal ini tercermin dari kenaikan USD/JPY sebesar 0,38% dan USD/CHF yang naik 0,62% dalam periode yang sama.
Sutopo menilai bahwa koreksi ini dipengaruhi oleh faktor lindung nilai (hedging). Namun, ia tetap optimistis terhadap prospek kedua mata uang tersebut mengingat statusnya sebagai safe haven.
"Di tengah ketidakpastian global atau kondisi risk-off, investor cenderung beralih ke yen dan franc Swiss, yang berdampak pada penguatan nilai kedua mata uang ini terhadap dolar AS," jelasnya.
Baca Juga: Menutup Pekan Ini Jumat (14/3), Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 16.392 Per Dolar AS
Proyeksi Pergerakan Mata Uang di 2025
Dengan tren saat ini, Sutopo memperkirakan beberapa pasangan mata uang masih menarik untuk diperhatikan:
- EUR/USD diproyeksikan berada di kisaran 1,08–1,09 pada semester I 2025.
- GBP/USD diperkirakan bergerak di level 1,29.
- AUD/USD diprediksi tetap berada di rentang 0,62–0,63 sepanjang tahun.
- USD/JPY diperkirakan naik sedikit ke 150 pada akhir tahun.
- USD/CNY diproyeksikan bergerak dalam kisaran 7,24–7,29 sepanjang tahun.
Selanjutnya: Cek Lokasi dan Jadwal Penukaran Uang Baru di Bank Umum Bandung dan Sekitarnya
Menarik Dibaca: Katalog Promo Alfamidi Hemat Satu Pekan Terbaru Periode 17-23 Maret 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News