Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Meskipun sebagian besar emiten baru tersebut mencatatkan kenaikan harga, ada enam perusahaan yang harga sahamnya justru terkoreksi.
Penurunan terdalam ditorehkan oleh emiten yang bergerak di bisnis perdagangan aspal besar, yakni PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS). Sejak IPO pada 12 Februari 2020, harga saham AYLS turun 50% menjadi Rp 50 per saham, dari harga IPO Rp 100 per saham.
Penurunan terbesar selanjutnya dicatatkan oleh emiten yang bergerak di bisnis hotel bintang 2 PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) sebesar -21,67% menjadi Rp 94 per saham, perusahaan konstruksi bangunan PT Lancartama Sejati Tbk (TAMA) -10,86% menjadi Rp 156 per saham, dan perusahan transportasi PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) -6,67% menjadi Rp 93 per saham.
Ada juga PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) yang turun 3,81% menjadi Rp 101 per saham dan PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) -2,50% menjadi Rp 78 per saham.
Baca Juga: IHSG diprediksi menguat, berikut rekomendasi saham untuk perdagangan Senin (29/6)
Herditya menilai, penurunan harga tersebut disebabkan oleh kinerja dan sektor bisnis emiten yang memiliki prospek kurang bagus pada tahun ini.
"Misalnya saja ada perhotelan dan turisme. Kedua sektor tersebut kan terdampak sekali dari adanya pandemi Covid-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar," ucap dia.
Untuk ke depannya, Herditya melihat, harga saham-saham tersebut masih berpeluang untuk tumbuh kembali. Meskipun begitu, ia mengimbau investor untuk terus memperhatikan kinerja sahamnya karena sudah ada yang berada di level terbawah Rp 50 per saham.
William menambahkan, secara teknikal, pergerakan PT Pratama Widya Tbk (PTPW) dan KBAG masih menarik. Ia menyarankan, investor memanfaatkan saham-saham tersebut untuk trading saja, sebab prospek jangka panjang emiten-emiten ini belum jelas dan bisa saja mendapat tekanan pada masa pandemi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News