Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini hingga 27 Juni 2020, ada 28 perusahaan yang melaksanakan initial public offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari 28 emiten tersebut, sebanyak 24 emiten menorehkan kenaikan harga saham. Berdasarkan data RTI, persentase peningkatan harganya berkisar antara 2%-330% per Jumat, 26 Juni 2020.
Posisi pertama ditempati oleh emiten yang bergerak di bisnis asuransi, yakni PT Bhakti Multi Artha Tbk (BHAT) dengan peningkatan 327,18% menjadi Rp 440 per saham.
Kemudian, PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN) yang bergerak di industri olahan makanan berbahan dasar ikan menempati posisi kedua dengan kenaikan 316,67% menjadi Rp 500 per saham.
Posisi ketiga dan keempat diisi oleh emiten yang berasal dari subsektor properti dan real estate, yakni PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG) +284% menjadi Rp 384 per saham dan PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) +263,81% menjadi Rp 382 per saham.
Urutan kelima ditempati oleh emiten yang bergerak di bisnis layanan kesehatan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) dengan kenaikan harga saham 195,15% menjadi Rp 304 per saham.
Baca Juga: Harga tertekan, kapitalisasi pasar IHSG tidak akan sebaik tahun lalu
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, mayoritas saham-saham IPO memang menguat pada bulan April 2020. Pasalnya, pelaku pasar menjadikan saham-saham tersebut sebagai alternatif spekulasi atau trading ketika pasar melemah.
"Mengingat, fundamental dan prospek perusahaan yang baru IPO biasanya belum diketahui benar oleh investor," tutur William saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Untuk memilih saham mana yang bagus untuk trading, investor biasanya menilai dari frekuensi atau keramaian perdagangan sahamnya. Menurut William, semakin tinggi frekuensinya, maka semakin mudah untuk diperdagangkan dan volatilitasnya tinggi.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, saham-saham yang baru IPO memang cenderung meningkat karena didukung oleh kinerja yang ditampilkan calon emiten pada saat penawaran umum.
"Hal ini menarik minat investor untuk melakukan akumulasi pembelian dan investor juga menimbang prospek industrinya di masa mendatang," kata Herditya.
Meskipun sebagian besar emiten baru tersebut mencatatkan kenaikan harga, ada enam perusahaan yang harga sahamnya justru terkoreksi.
Penurunan terdalam ditorehkan oleh emiten yang bergerak di bisnis perdagangan aspal besar, yakni PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS). Sejak IPO pada 12 Februari 2020, harga saham AYLS turun 50% menjadi Rp 50 per saham, dari harga IPO Rp 100 per saham.
Penurunan terbesar selanjutnya dicatatkan oleh emiten yang bergerak di bisnis hotel bintang 2 PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) sebesar -21,67% menjadi Rp 94 per saham, perusahaan konstruksi bangunan PT Lancartama Sejati Tbk (TAMA) -10,86% menjadi Rp 156 per saham, dan perusahan transportasi PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) -6,67% menjadi Rp 93 per saham.
Ada juga PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) yang turun 3,81% menjadi Rp 101 per saham dan PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) -2,50% menjadi Rp 78 per saham.
Baca Juga: IHSG diprediksi menguat, berikut rekomendasi saham untuk perdagangan Senin (29/6)
Herditya menilai, penurunan harga tersebut disebabkan oleh kinerja dan sektor bisnis emiten yang memiliki prospek kurang bagus pada tahun ini.
"Misalnya saja ada perhotelan dan turisme. Kedua sektor tersebut kan terdampak sekali dari adanya pandemi Covid-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar," ucap dia.
Untuk ke depannya, Herditya melihat, harga saham-saham tersebut masih berpeluang untuk tumbuh kembali. Meskipun begitu, ia mengimbau investor untuk terus memperhatikan kinerja sahamnya karena sudah ada yang berada di level terbawah Rp 50 per saham.
William menambahkan, secara teknikal, pergerakan PT Pratama Widya Tbk (PTPW) dan KBAG masih menarik. Ia menyarankan, investor memanfaatkan saham-saham tersebut untuk trading saja, sebab prospek jangka panjang emiten-emiten ini belum jelas dan bisa saja mendapat tekanan pada masa pandemi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News