Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Kamis (27/7), mayoritas ditutup naik. Indeks Nikkei 225, Strait Times, dan Hang Seng naik masing-masing 0,68%, 0,98%, dan 1,41%. Sementara itu, Shanghai Composite dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,205 dan 0,74%.
Bersamaan, nilai tukar dolar AS melemah terhadap mata uang negara-negara G10. Menurut tim riset Phillip Sekuritas Indonesia, kondisi ini terjadi di tengah optimisme akan segera berakhirnya siklus pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan ekonomi AS tampaknya akan terhindar dari resesi tahun ini sehingga membuat prospek perekonomian global lebih cerah.
Komentar ketua Bank Sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell pasca pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dinilai investor tidak lebih tegas (hawkish), sehingga memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga acuan di AS sudah mencapai puncaknya.
Investor sekarang mengantisipasi keputusan suku bunga oleh bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) nanti malam yang diperkirakan juga sudah mendekati akhir dari kampanye pengetatan kebijakan moneternya, diikuti Bank of Japan (BOJ) besok (28/7) dengan perkiraan kebijakan moneter yang super longgar akan terus dipertahankan.
Baca Juga: IHSG Turun 0,74% ke 6.896 Hari Kamis (27/7), ACES, AKRA TINS Top Gainers LQ45
ECB diyakini akan memperpanjang kenaikan suku bunga menjadi sembilan kali beruntun dan membuka pintu bagi kenaikan lebih lanjut seiring dengan masih tingginya tingkat inflasi. Namun, ECB kemungkinan besar akan menghentikan praktik membocorkan langkah apa yang akan diambil selanjutnya dan lebih memilih pendekatan yang berdasarkan pada data.
Akibatnya, investor dibiarkan berspekulasi apakah akan ada lagi kenaikan suku bunga di bulan September atau kenaikan suku bunga di bulan Juli ini adalah akhir dari kampanye kenaikan suku bunga oleh ECB. Masalah yang dihadapi oleh ECB adalah penurunan laju inflasi yang sangat lambat sehingga membutuhkan waktu hingga 2025 untuk kembali turun ke target 2%.
Selain itu, pasar tenaga kerja juga masih terlalu ketat, dengan Tingkat Pengangguran yang berada di rekor terendah dapat memperbesar risiko upah akan naik dengan cepat di tahun-tahun mendatang, terutama karena serikat pekerja dengan daya tawar (bargaining power) yang lebih tinggi akan berusaha merebut kembali upah riil yang hilang ditelan oleh inflasi.
Namun, prospek ekonomi zona Euro yang semakin suram dapat membatasi sikap tegas (hawkish) ECB setelah sejumlah data ekonomi belakangan ini memberi indikasi suku bunga yang lebih tinggi sudah membebani pertumbuhan di kawasan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News