Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sehingga Wawan menilai pergerakan harga emiten BUMN dan anak usahanya masih terbilang wajar. "Sektor komoditas dan perbankan itu seksi sekali tahun ini. Telekomunikasi juga menarik, konstruksi masih belum," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Selasa (22/3).
Wawan memperkirakan investor masih wait and see untuk sektor konstruksi. Pelaku pasar diperkirakan akan melihat terlebih dulu kinerja keuangan emiten konstruksi pada kuartal pertama 2022. "Dengan proses pemulihan ekonomi harapannya saham-saham ini akan lebih baik," imbuh Wawan.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengungkapkan hal senada. Dia menambahkan, kinerja emiten yang kuat akan diikuti dengan kenaikan harga sahamnya. Sebaliknya, kinerja yang lemah akan sulit menarik minat investor.
Baca Juga: Tips Cerdas Memilih Investasi agar Tidak Tertipu Iming-Iming Investasi Bodong
Hal ini ditunjukkan oleh emiten BUMN di sektor pertambangan, perbankan dan telekomunikasi yang rata-rata mencatat kenaikan kinerja yang signifikan. Selain sudah pulih, beberapa diantaranya bahkan mencetak rekor seperti PTBA, BMRI dan TLKM.
"BBRI, BBNI, BBTN, ANTM, dan TINS juga mencatatkan peningkatan laba yang kuat. Hal ini diapresiasi pasar dengan penguatan harga saham masing-masing sejak awal tahun ini," ungkap Pandhu.
Sedangkan konstruksi merupakan salah satu sektor yang kinerjanya terpukul paling keras oleh pandemi covid-19. Oleh sebab itu, sektor ini masih belum mendapat perhatian penuh investor sehingga pemulihannya relatif tertinggal dibandingkan sektor lain.
Baca Juga: Emiten Tambang dan Bank Paling Cuan di Tahun 2021