kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,19   -11,35   -1.25%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mata uang Asia melemah terbatas di depan USD


Selasa, 04 Juli 2017 / 20:51 WIB
 Mata uang Asia melemah terbatas di depan USD


Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Mata uang Asia masih mencatatkan pelemahan di hadapan dollar AS sepanjang semester satu 2017 ini. Walau memang, rentangnya masih sempit dan terbatas.

Mengutip Bloomberg, di antara 11 mata uang Asia, hanya peso Filipina dan dollar Hong kong yang berhasil mendulang penguatan di hadapan USD sepanjang semester satu 2017 dengan masing-masing penguatan sebesar 1,75% dan 0,66% hingga 30 Juni 2017 lalu.

Sementara untuk beberapa mata uang lainnya seperti rupiah melemah 0,92%, yuan China menukik 2,30%, yen Jepang terkapar 3,90%. Ringgit Malaysia juga tergelincir 4,30%, dollar Singapura turun 4,87%, dan terakhir baht Thailand merosot 5,30% di semester satu 2017.

Hari ini, Selasa (4/7), mata uang Asia menunjukkan penguatan tipis. Rupiah misalnya menguat 0,03%, Ringgit juga bertenaga 0,06%. Sedangkan USD/SGD stagnan di 1,3827.

Dilanjutkan pairing USD/THB tergelincir 0,01% ke level 34,01, USD/JPY hingga pukul 19.29 WIB melambung 0,17% di posisi 113,19 dan terakhir USD/CNY stabil di 6,80 dibanding hari sebelumnya.

Dikutip dari DBS Group Research dalam laporan terbarunya DBS Asian Insight, memang untuk paruh pertama 2017 ini pertumbuhan ekspor Filipina tumbuh lebih dari dua digit dibanding periode yang sama tahun 2016 lalu. Fundamental dalam negeri yang kuat ini jadi katalis pendukung utama unggulnya peso di hadapan USD. Sementara untuk dollar Hong Kong cenderung stabil dengan bertahan di pertumbuhan sekitar 5%-7% dibanding semester satu 2017.

Mata uang Asia pun terhitung mengalami penurunan volatilitas apalagi dengan kondisi ekonomi dan politik AS yang juga sempat bergejolak. “Rupiah sebenarnya cukup konsisten apalagi dari sisi dalam negeri pun tertopang performa ekonomi yang membaik. Meski melemah rentangnya stabil dan minim fluktuasi,” kata Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International kepada KONTAN, Selasa (4/7).

Ia menilai di antara beberapa mata uang dunia lainnya, rupiah tergolong mencatatkan performa yang bisa dibilang lebih baik. Dukungan datang sejak awal tahun dengan tanggapan pasar yang positif pada program Tax Amnesty, disusul dengan stabilnya level inflasi dalam negeri, belum lagi surplus neraca perdagangan yang terjaga dan cadangan devisa yang masih stabil di atas US$ 100 juta.

“Dari teknikal pun rentangnya tidak jauh dari Rp 13.000 – Rp 13.400 per dollar AS dalam enam bulan pertama,” jelas Anthonius. Sajian data ekonomi dalam negeri tersebut yang berhasil menghalau ketidakpastian global dan tekanan kenaikan suku bunga The Fed pada Maret dan Juni 2017 lalu. Walau gagal menguat namun pelemahan rupiah masih tetap dalam rentang aman.

Level psikologis Rp 13.500/dollar

Anthonius pun memperkirakan hingga akhir tahun 2017 nanti rupiah masih akan mampu mempertahankan posisinya. “Pelemahan tidak akan melewati Rp 13.500 per dollar AS hanya perlu mewaspadai sentimen eksternal,” tambah Anthonius. Nantinya katalis negatif bisa datang jika The Fed kembali menaikkan suku bunganya setidaknya sekali lagi dan jika pesimisme pasar terhadap kepemimpinan Donald Trump, Presiden AS kembali memanas.

Sebab hal tersebut bisa memicu beralihnya pelaku pasar pada safe haven untuk berlindung dan meninggalkan aset berisiko seperti rupiah. Selain rupiah Anthonius menilai dollar Singapura, ringgit Malaysia, dan baht Thailand juga masih akan bergerak stabil dalam rentang yang tidak jauh berbeda dengan saat ini. Kedua negara ini dipandang masih akan mampu mempertahankan laju perekonomiannya saat ini.

Dicatatkan pertumbuhan ekonomi Singapura di kuartal satu 2017 tumbuh 2,5% dan mampu dijaga di kisaran 1% - 3% sampai akhir tahun 2017 nanti. GDP Malaysia di kuartal satu 2017 tercatat 5,6% dan diduga oleh pemerintah Malaysia akan mampu bertahan di atas level 5% sampai akhir tahun 2017 nanti.

Sejalan dengan perkiraan OCBC Bank yang merevisi naik GDP Malaysia di 2017 dari perkiraan sebelumnya hanya 4,2% menjadi 4,8%. Sedangkan untuk Thailand sendiri tumbuh 3,3% di kuartal satu 2017. Apalagi diduga OCBC Bank, suku bunga Thailand masih bisa naik 25 bps lagi hingga akhir tahun dan membuat mata uang baht tetap menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×