Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menerapkan kebijakan protokol krisis pasar saham. Otoritas BEI masih melarang transaksi short selling untuk sementara waktu serta masih memberlakukan asymmetric auto rejection dengan batas auto rejection bawah (ARB) 7%.
Selain itu, perdagangan di bursa juga masih belum normal seperti sedia kala. Transaksi di bursa saat ini hanya bisa sampai pukul 15.00 WIB, dari semula pukul 16.00 WIB.
Meski demikian, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai saat ini aturan perdagangan di bursa masih belum perlu dikembalikan ke kondisi normal. Karena menurut William, kondisi pasar saham tanah air masih belum sepenuhnya kondusif dan masih rentan terkena sentimen negatif. “Saat ini pasar masih belum kondusif. Menurut saya belum perlu dikembalikan ke kondisi semula,” terang William kepada Kontan.co.id, Senin (15/6).
Baca Juga: Masuki era new normal, kapan perdagangan di bursa kembali normal?
William mengatakan ada sentimen negatif berupa resesi global, tensi antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai memanas, hingga perseteruan di Laut China Selatan.
Meski demikian, William tidak menampik aturan jam perdagangan yang lebih singkat saat ini agak membatasi aktivitas investor karena waktu transaksi pun jadi lebih singkat. Namun, aturan sekarang ini dinilai lebih aman untuk investor dalam negeri.
Baca Juga: IHSG turun 1,31% ke 4.816 pada akhir perdagangan Senin (15/6)
Pendapat berbeda dilontarkan oleh Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama. Nafan menilai, saat ini pasar sudah mulai terbiasa (priced in) mengantisipasi adanya pandemi Covid-19 ini Sehingga penurunan indeks yang terjadi pun tidak terlalu signifikan.
“Maka dari itu, kondisi pasar saat ini sudah kondusif dan sebaiknya sudah saatnya perdagangan bursa dikembalikan ke operasional awal,” ujar Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/6).
Ditambah, negara-negara di seluruh dunia saat ini berkomitmen untuk memberikan kebijakan stimulus fiskal maupun moneter. Tentunya hal ini dapat menjadi asupan positif bagi pasar ekuitas tanah air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News