Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kripto memang bergerak secara dinamis, namun mulai awal September ini pergerakan harga kripto cenderung terkoreksi.
Mengutip Coinmarketcap, pada Jumat (6/9) pukul 17.58 WIB, harga Bitcoin turun 1,07% dalam 24 jam terakhir ke US$ 56.147. Dalam sepekan terakhir juga turun 5,71%.
Begitu juga harga Ethereum (ETH) juga turun 0,97% dalam sehari ke level US$ 2.363. Secara mingguan, harga ETH juga terpantau turun 5,93%.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mencermati secara historis, September adalah bulan yang bergejolak bagi Bitcoin dengan rata-rata penurunan harga sebesar 4,78%, bahkan bisa mencapai 24,6%.
Baca Juga: CFX Luncurkan Produk Derivatif Aset Kripto, Perluas Pilihan Investasi
Menurutnya volatilitas ini sering terjadi karena kelesuan perdagangan pada akhir musim panas, ketika manajer dana kembali dari liburan dan aktivitas perdagangan manual meningkat.
Kendati demikian, pada tahun ini, Fyqieh mencermati data on-chain terbaru yang menunjukan peluang untuk pergerakan positif bagi harga Bitcoin (BTC) di sepanjang bulan ini.
"Dengan kemungkinan The Fed melonggarkan kebijakan moneter berdampak positif pada harga aset kripto dan memperkuat minat investor terhadap aset berisiko seperti kripto," kata Fyqieh kepada KONTAN, Jumat (6/9).
Fyqieh juga menambahkan imbal hasil Obligasi 10 tahun AS turun 1,94% menjadi 3,836%. Menurutnya hal itu bisa membuat The Fed lebih dovish dan berfokus pada dukungan terhadap pasar tenaga kerja yang melambat, daripada hanya mengendalikan inflasi.
Di sisi lain, pelemahan dolar AS bisa menjadi katalis positif bagi harga kripto. Ketika dolar melemah, aset yang diperdagangkan dalam dolar seperti Bitcoin dan Ethereum cenderung mengalami kenaikan permintaan karena investor mencari alternatif yang lebih menguntungkan.
Selain itu, pelemahan dolar juga memperkuat daya beli global, memungkinkan lebih banyak investor internasional untuk berpartisipasi dalam pasar kripto.
"Korelasi terbalik antara dolar dan aset kripto menunjukkan bahwa penurunan nilai dolar AS dapat mendorong kenaikan harga kripto. Ini juga bisa mempercepat aliran dana dari aset tradisional ke aset digital yang dianggap lebih tahan inflasi," lanjutnya.
Namun demikan pelemahan dolar bisa menciptakan momentum jangka pendek bagi pasar kripto. Fyqieh bilang investor mungkin melihatnya sebagai kesempatan untuk mengalokasikan kembali portofolio mereka menuju aset yang berisiko lebih tinggi, seperti Bitcoin dan altcoin lainnya.
Baca Juga: Menata Kembali Portofolio Investasi Jelang Pemangkasan Suku Bunga AS
Oleh sebab itu pasca rapat The Fed, Fyqieh meramal harga kripto akan naik 3-8% di kisaran US$57.433 - US$60.286.
Bagi investor yang ingin masuk ke pasar kripto, Fyqieh mengingatkan pergerakan harga kripto dinamis. Investor perlu mendiversifikasi portofolio ke berbagai instrumen di luar kripto, seperti saham, dan obligasi untuk mengurangi risiko dari fluktuasi harga.
Selain itu, memantau sentimen pasar dan perkembangan berita ekonomi global juga penting karena keputusan suku bunga dan tren pasar kripto mempengaruhi pergerakan harga. Sehingga investor dapat memahami arah pasar dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Selanjutnya, manajemen risiko harus menjadi prioritas. Investor disarankan menetapkan batasan kerugian (stop-loss) dan target keuntungan (take-profit) untuk melindungi portofolio dari penurunan tajam.
"Investor juga disarankan untuk tetap fokus pada investasi jangka panjang, terutama jika percaya pada potensi pertumbuhan kripto di masa depan. Dengan begitu investor bisa memanfaatkan peluang sekaligus meminimalkan risiko dari volatilitas pasar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News