Reporter: Adisti Dini Indreswari, Surtan PH Siahaan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Teka-teki calon kongsi bisnis PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, akhirnya terjawab. Perusahaan minuman yang bermarkas di Bandung itu menjalin kerjasama bisnis dengan ITO EN Ltd, produsen minuman asal Jepang.
Menurut keterangan resmi yang diterima KONTAN, ITO EN Asia Pacific Holdings Pte Ltd, anak usaha ITO EN Ltd yang berkantor pusat di Shibuya-ku, Tokyo, Jepang, telah meneken perjanjian pendirian dua anak usaha patungan dengan Ultrajaya. Pertama, PT Ultrajaya ITO EN yang bergerak di bisnis manufaktur. Di perusahaan ini, Ultrajaya menguasai 55% saham sementara ITO EN memiliki 45%.
Usaha patungan kedua bernama PT ITO EN Ultrajaya yang bergerak di bisnis perdagangan. Di perusahaan ini, ITO EN menguasai 55% saham, sementara Ultrajaya memiliki 45%.
Adapun modal untuk membentuk Ultrajaya ITO EN dan ITO EN Ultrajaya masing-masing Rp 30 miliar. Rencananya, kedua usaha patungan tersebut akan berjalan pada September 2013.
Sekretaris Perusahaan ultrajaya, Eddi Kurniadi, menyampaikan, Ultrajaya ITO EN akan memproduksi minuman teh dalam kemasan untuk pasar Indonesia, terutama teh hijau, yang meluncur pada kuartal I-2014. "Pemain bisnis teh di Indonesia makin banyak. Kami ingin berpartisipasi sebab selama ini kami sudah memimpin pasar di bisnis susu," ungkap Eddi kepada KONTAN, Selasa (2/7).
Boleh jadi pilihan kongsi ini pas bagi Ultrajaya. Maklum, ITO EN adalah produsen terbesar minuman teh hijau dalam kemasan di Jepang. ITO EN juga tercatat sebagai produsen minuman terbesar nomor empat di Jepang, setelah Coca Cola Group, Suntory Beverage, dan Kirin Beverage.
Eddi menyatakan, saat ini, Ultrajaya menguasai 55% pangsa pasar susu siap minum melalui merek Ultra Milk. Emiten saham berkode ULTJ ini ini juga memproduksi teh kemasan legendaris dengan merek Teh Kotak yang menguasai 50%-52% pangsa pasar teh dalam kotak.
Nah, untuk menyiapkan produksi teh hijau, Ultrajaya akan membangun pabrik baru. Eddi masih merahasiakan nilai investasi pembangunan pabrik baru itu, serta target-target bisnisnya. "Yang jelas, lokasi pabrik di Jabodetabek," tandasnya.
Tahun lalu, 60% penjualan Ultrajaya berasal dari penjualan susu, diikuti oleh teh yang memasok 30% pendapatannya. Sisanya disokong penjualan Sari Asem Asli dan Sari Kacang Ijo. Tahun ini ULTJ membidik penjualan Rp 3,1 triliun, naik 10% dari omzet tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News