Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Tapi kalau melihat dari berita terakhir, BTEL sedang mengembangkan bisnis infrastruktur yang bisa mendukung bisnis penyiaran televisi digital. BTEL berencana menjadi penyedia menara dan infrastruktur yang dibutuhkan lembaga penyiaran TV.
Di samping itu BTEL juga konsisten menjalankan bisnis utamanya di layanan call center atau contact center. BTEL terus mengembangkan layanan telekomunikasinya dengan menyasar korporasi di gedung tinggi.
Tapi menurut William, ekspansinya saat ini masih belum cukup untuk membalikkan keadaan rugi bersih yang sudah dibukukan dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Penjualan Phapros (PEHA) tumbuh tapi laba turun di semester I, begini kata manajemen
Jadi menurut William, saham BTEL berpotensi delisting karena Bursa pun menyatakan masih belum melihat keseriusan Bakrie Telecom memperbaiki bisnisnya.
Asal tahu saja sejak Mei lalu saham BTEL disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga saat ini BTEL juga diberikan tiga tanda khusus dari Bursa yakni E, D, dan L.
E artinya laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif, D adanya opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer) dari akuntan publik dua tahun terakhir, L yakni BTEL belum menyampaikan laporan keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News