Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli
Hal ini membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile produksi China yang saat ini menguasai 44% impor sarung ke AS.
Saat ini perusahaan pemasok sarung tangan terbesar secara global adalah negara Malaysia dengan 63%, diikuti Thailand dengan 18%, China 10% dan kontribusi langsung Indonesia hanya 3%.
Baca Juga: MARK jajal pasar ekspor baru China dan Sri Langka
Perang dagang dengan tarif impor yang tinggi ke AS atas produk China akan menggeser peta pasar sarung tangan AS.
“Pemasok utama sarung tangan AS akan bergeser dari China ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja Perseroan,” kata Ridwan.
Pertumbuhan kinerja operasional yang dicapai perseroan pada kuartal III tahun 2019 berjalan seiring dengan peningkatan kinerja keuangan dimana total aset perseroan meningkat sebesar 36,09% menjadi Rp 432,86 miliar per 30 September 2019 dibandingkan dengan Rp 318,08 miliar per 31 Desember 2018.
Baca Juga: Manfaatkan Perang Dagang, Eksportir Furnitur Diguyur Insentif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News