Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) mengatongi laba bersih pada kuartal III tahun 2019 sebesar Rp 65,49 miliar, meningkat 11,32% jika dibandingkan kuartal III 2018 yang sebesar Rp 58,83 miliar.
Peningkatan laba komprehensif ini juga dibarengi dengan peningkatan penjualan perseroan pada kuartal III 2019 yang meningkat 11,13% menjadi Rp 267,21 miliar bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 240,44 miliar.
Baca Juga: Strategi Mark Dynamics Indonesia (MARK) Memperlebar Pasar Ekspor
Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia Ridwan Goh mengatakan bahwa penjualan yang diperoleh MARK pada kuartal III ini merupakan 94,02% pasar ekspor dan sisanya sebesar 5,98% untuk pasar domestik.
Nilai penjualan ekspor di kuartal III tahun 2019 lebih besar 9,98% dari penjualan ekspor di periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara konstribusi pasar ekspor pada triwulan III tahun 2018 mencapai 95,10% dari total penjualan.
"Hal ini menunjukkan bahwa Perseroan berhasil meningkatkan nilai penjualan ekspor sekaligus meningkatkan pasar baru domestik," kata Ridwan dalam keterangan resmi yang diperoleh Kontan.co.id, Rabu (30/10).
Pencapaian yang diraih oleh MARK tidak terlepas dari dari keberhasilan perseroan menjaga tingkat efisiensi seraya mempertahankan kualitas produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Hal ini dilihat dari tercapainya margin laba kotor sebesar 44,18% dengan nilai sebesar Rp 118,04 miliar.
Baca Juga: Mark Dynamics (MARK) telah serap 80% anggaran capex di 2019 ini
Nilai ini lebih baik dari pencapaian perseroan pada periode yang sama di tahun sebelumnya dengan pencapaian margin laba kotor sebesar 43,61% dengan nilai sebesar Rp104,85 miliar.
Perang Dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China juga memberi berkah bagi industri sarung tangan karet, di mana kenaikan tarif impor yang diberlakukan AS kepada produk China dari 10% menjadi 25% efektif per 1 September 2019.
Hal ini membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile produksi China yang saat ini menguasai 44% impor sarung ke AS.
Saat ini perusahaan pemasok sarung tangan terbesar secara global adalah negara Malaysia dengan 63%, diikuti Thailand dengan 18%, China 10% dan kontribusi langsung Indonesia hanya 3%.
Baca Juga: MARK jajal pasar ekspor baru China dan Sri Langka
Perang dagang dengan tarif impor yang tinggi ke AS atas produk China akan menggeser peta pasar sarung tangan AS.
“Pemasok utama sarung tangan AS akan bergeser dari China ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja Perseroan,” kata Ridwan.
Pertumbuhan kinerja operasional yang dicapai perseroan pada kuartal III tahun 2019 berjalan seiring dengan peningkatan kinerja keuangan dimana total aset perseroan meningkat sebesar 36,09% menjadi Rp 432,86 miliar per 30 September 2019 dibandingkan dengan Rp 318,08 miliar per 31 Desember 2018.
Baca Juga: Manfaatkan Perang Dagang, Eksportir Furnitur Diguyur Insentif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News