Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
Pada segmen HPC, ia meyakini produk-produk yang berkaitan dengan kehigienisan masih akan jadi faktor pendorong pertumbuhan segmen ini. Namun, di satu sisi, menurutnya perilaku downtrading para konsumen masih akan tetap terjadi di tahun ini.
Pada segmen F&B, Putu menilai pemulihan mobilitas masyarakat akan menjadi katalis positif karena akan ada perbaikan pada sektor horeca (hotel, restoran, dan cafe). Apalagi, UNVR juga berinisiatif memenuhi permintaan konsumen akan produk kaya vitamin dengan meluncurkan Buavita 100% daily vitamins dan es krim Paddle Pop bervitamin D.
“Lagipula, kami melihat kontribusi penjualan segmen F&B pada tahun 2021 naik menjadi 33% terhadap total penjualan, dari 30% pada 2020. Ini menjadi pertanda bagus untuk pemulihan lebih jauh,” terang Putu.
Terkait UNVR, Heribertus juga menyoroti adanya kebijakan untuk melakukan restrukturisasi bisnis grup Unilever secara global. Aksi ini diharapkan dapat membuat grup Unilever menjadi lebih sederhana, ramping, dan lebih berfokus pada kategori. Struktur baru ini juga diekspektasikan bisa memangkas biaya sebesar 600 juta euro dalam dua tahun.
Terbaru, Unilever global juga telah menjual lini bisnis tehnya, yakni Ekaterra yang merupakan induk dari Lipton. Namun, penjualan tersebut tidak termasuk divisi di Indonesia, India, dan Nepal, sehingga Heribertus melihat dampaknya akan minim terhadap UNVR.
Baca Juga: Sahamnya Sudah Turun Dalam, Analis Masih Optimistis pada Kinerja Unilever (UNVR)
“Pada paruh pertama tahun ini, UNVR masih akan menghadapi beban biaya yang lebih tinggi, namun akan mereda di paruh kedua. Kami memproyeksikan akan ada penurunan margin operasional sebesar 140-240 bps secara year on year,” imbuh Heribertus.
Lebih lanjut, Heribertus pun memangkas proyeksi kinerja UNVR tahun ini imbas dari potensi penjualan yang lebih rendah dan menyesuaikan dengan biaya yang lebih tinggi. Ia memperkirakan pendapatan UNVR pada tahun ini akan sebesar Rp 40,69 triliun dengan laba bersih Rp 5,81 triliun.
Ia pun memasang rating netral untuk saham UNVR dengan target harga di Rp 3.950 per saham. Sementara Putu merokemendasikan beli untuk saham UNVR dengan target harga Rp 4.400 per saham.
“Sebelumnya kami merekomendasikan jual untuk saham UNVR, namun kami percaya bahwa kinerja buruk UNVR pada 2021 sudah tercermin pada koreksi harga sahamnya. Jadi, kami melihat risiko downside yang lebih terbatas ke depannya,” tutup Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News