Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, para netizen di media sosial tengah menyoroti publik figur setelah mereka dipanggil otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), terkait dugaan telah mempromosikan sebuah produk saham sehingga melejit di atas 8% hanya dalam waktu sehari.
Meski telah membantah menerima endorse dari produk saham tersebut, BEI tetap memanggil kedua influencer itu untuk berdiskusi terkait dengan dampak promosi yang sengaja maupun tidak sengaja mereka lakukan, sekaligus mengingatkan tanggung jawab moral dan konsekuensi hukum atas tindakannya.
Pengusaha muda sekaligus entrepreneur, William Sunito, menilai edukasi dalam bentuk diskusi seputar saham sebaiknya juga dilakukan ke masyarakat umum mengingat hal serupa masih marak di media sosial.
"Ini penting (edukasi kemasyarakat luas), agar masyarakat tahu untung rugi sekaligus resiko bermain saham. Kan banyak yang ikut-ikutan, tergiur usai lihat publik figur me-review keuntungan besar produk saham tertentu," kata William Sunito dalam keterangannya, Jum'at (29/1/2021).
Baca Juga: Waspada munculnya fenomena influencer saham
William mengatakan alat negara dalam hal ini BEI, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) serta Self Regulatory Organization (SRO) seharusnya menerapkan lebih ketat lagi regulasi pada semua sektor jual-beli produk saham, terlebih lagi Presiden Joko Widodo pada pembukaan perdagangan saham awal 2020 lalu (2/1/2020), menunjukkan kekesalannya terhadap praktik goreng menggoreng saham.
Pemilik start up tokowahab.com ini mensinyalir sejumlah pihak yang takut akan kegusaran Presiden Joko Widodo, kini merubah pola praktik permainan saham mereka dengan beralih dari cara-cara konvensional dan memilih media sosial yang banyak digunakan masyarakat awam atau memanfaatkan publik figur yang memiliki banyak follower dimedsos.
"Ingat, Pak Jokowi mengatakan, praktik goreng-gorengan saham sudah menimbulkan korban dan merugikan investor. Beliau juga meminta regulator pasar modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan otoritas BEI untuk membersihkan praktik tersebut serta mencanangkan pembersihan pasar modal dari para manipulator. Saya sepakat dengan Jokowi bahwasanya manipulasi pasar dan transaksi keuangan yang menjurus pada fraud, harus ditindak dengan tegas," lanjut William.
Pengusaha yang masuk dalam deretan pengusaha muda inspiratif di Forbes 30 Under 30 khusus Indonesia ini menilai publik figur yang mengaku tidak di endorse oleh perusahaan pengelola saham, seharusnya sadar jika langkah review produk saham yang dilakukannya telah memberikan edukasi sesat, dimana followernya berasumsi bermain saham pasti untung, tanpa resiko, bisa sambil rebahan, seperti dicontohkan publik figur tersebut.
William menambahkan, tidak ada salahnya jika BEI menerapkan regulasi ketat seperti yang diterapkan United States Securities and Exchange Commission (SEC), untuk melindungi uang masyarakat dan umumnya menyelamatkan perekonomian negara agar tidak semakin terpuruk usai dihantam dampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: Jumlah investor meningkat tapi pasar modal masih kekurangan analis kompeten
"Kebetulan saya dulu kuliah di University of Washington di Amerika Serikat mengambil program study finance, pernah belajar dan melihat langsung tata cara serta kelola saham yang diatur oleh United States Securities and Exchange Commission (SEC), super ketat (regulasinya) sehingga kejadian seperti promo saham secara bombastis di media, hampir tidak pernah terjadi," tutur William.
Selain itu, disinyalir sudah ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan situasi ini sebagai peluang bisnis baru, seperti membuat group Whats App atau Telegram berbayar yang wajib diikuti oleh masyarakat awam pemegang saham.
Baca Juga: Saham MCAS naik 8,33%, Selasa (5/1), usai direkomendasikan Raffi Ahmad dan Ari Lasso
Melihat kondisi itu, BEI diharapkan menggandeng aparatur penegak hukum dalam hal ini Polri, untuk bersama mencegah hingga menindak oknum-oknum atau sindikat yang bermain pada dunia saham.
"Pak Sigit Listyo, Kapolri baru, setahu saya tengah concern mengubah wajah Polri agar selaras dengan era digitalisasi. Sudah pasti infrastruktur hukum terkait permasalahan saham dan penggunaan media sosial pada era industri 4.0, sudah lengkap sehingga pasti (kasus) cepat terungkap," jelas William.
"Coba bayangkan jika puluhan hingga jutaan followers publik figur tersebut menyetorkan uang yang tidak menutup hasil pinjaman. Bagus jika benar, tapi kalo bermasalah kan kasihan mereka," pungkasnya.
Selanjutnya: Ikut pamer saham, Raffi Ahmad: Ada saham menarik guys, namanya MCAS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News